Sejak saya menulis buku "Akhlak Islam untuk Muslimah" tahun 2012, semangat saya untuk menulis tema-tema seputar kemuslimahan semakin kuat. Bukan karena asyiknya menerbitkan buku atau karena royaltinya, atau alasan lain sejenisnya. Bukan, bukan itu. Sampai tahun 2013 saya berhasil menulis 2 (dua) buku; "Cermin Hati" dan "Tuhan, Mohon Izinkan Aku Mencintai Perempuan"; buku-buku bernuansa kemuslimahan. Pun di tahun 2014, alhamdulillah menulis 2 (dua) buku; "Mencintai Tuhan, Mencintai Kesetaraan" dan "Pelangi Cinta."
Mau tahu kenapa? Karena saya sering sakit hati dan menangis. Sakit hati karena terlampau banyak sahabat Muslimah yang sudah saya kenal atau belum; yang berada di dunia nyata maupun maya, yang hidupnya terzhalimi, disakiti, dan mengalami kekerasan. Sakit sekali rasanya hati ini, ketika hampir setiap hari selalu mendampatkan banyak kisah-kisah pilu para Muslimah. Dan ternyata, para pelakunya laki-laki Muslim.
Saya menangis, antara ingin semua saya tuliskan kisah-kisah pilu itu, dan ingin segera memulihkan ketersakitan hati para Muslimah. Tak habis pikir, sebetulnya apa yang dimau para laki-laki Muslim itu. Kok ya tega menyakiti istrinya sendiri, belahan hati yang sepenuh hati mencintainya; setia menemani dalam kondisi apapun, siap menerima segala kekurangannya. Sungguh tak habis pikir, saat saya membayangkan betapa mulianya pengabdian dan pengorbanan seorang Ibu. Tak kan pernah ada tandingannya pengabdian dan pengorbanan mulia seorang Ibu. Celakalah orang-orang yang tega menyakiti perempuan, menyakiti istri, menyakiti ibu.
Sebagian orang mungkin bisa menganggap bahwa saya cuma sedang berwacana saja. Tidak ada praktikknya. Ya, tiada masalah bagi saya. Tetapi ada yang perlu saya katakan di sini, bahwa saya mencintai dan memuliakan Ibu saya. Do'a-do'a dan restunya selalu saya nantikan. Selalu ingin memberikan kebahagiaan, biar pun secuil saja. Apa yang saya ikhtiarkan di dunia ini, tak lebih sebagai ikhtiar saya untuk memuliakan dan membahagiakan ibu saya.
Begitulah, menyakiti hati perempuan Muslimah mana pun, menyakiti istri, adalah sama jahatnya dengan menyakiti hati Ibu kandung kita sendiri. Na'uzubillah. Saya berharap teman-teman yang bisa membaca catatan ringan saya ini, punya niat dan ikhtiar yang sama untuk selalu bisa memuliakan perempuan siapapun; terutama istri dan ibu.
Sampai hari ini saya praktikkan betul, terutama dalam kehidupan keluarga saya di rumah. Bersama Ibu dan seorang kakak kandung perempuan. Jika di antara keluarga laki-laki saya yang hendak 'merendahkan' keberadaan perempuan, saya selalu mencari cara untuk menasihati dan meluruskannya. Tentu saja dengan cara-cara yang lembut dan baik. Bagaimana saya harus cerdik dan kreatif menyampaikan pesan-pesan Islam tentang pemuliaan terhadap perempuan dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami, tidak disalahpahami.
Jadi tolong, jangan bikin saya menangis. Jangan bikin para perempuan Muslimah; istri dan ibu menangis karena hatinya tersakiti. Tersakiti karena kepongahan dan keangkuhan para laki-laki, hanya karena mereka berjenis kelamin laki-laki. Mari kita terus belajar. Jangan cepat merasa puas, karena ilmu Allah Maha-luas. Pelajari dan renungkan setiap ajaran Islam terutama tentang ajarannya yang berkenaan dengan perempuan. Islam, tidak pernah membeda-bedakan keberadaan antara perempuan dan laiki-laki. Perempuan dan laki-laki di mata Islam sama, mulia.
Tolong, pikir lagi, renungkan lagi, kalau kalian (terutama para laki-laki) yang hendak menyakiti para perempuan, istri, dan Ibu.

0 Response to "Jangan Bikin Saya Menangis"
Post a Comment