Susah Jodoh

Semalam saya mendapat sebuah kesan dan testimoni dari salah seorang pembaca buku saya, buku "Pelangi Cinta: Merayu Allah, Mudahkan Jodoh". Ia mengaku seorang pengusaha muda Muslimah, yang sedang ingin segera menikah. Tetapi selalu merasa susah. Padahal, di saat yang sama rezeki berupa materi begitu berlimpah.
 
Ia bercerita panjang lebar kepada saya. Ia menangis, setiap kali membaca lembar per lembar buku ini. Ia merasa menjadi perempuan yang berdosa. Karena tidak pandai menjaga diri. Ia menyesal. Ia bersyukur dan berkali-kali mengucapkan terimakasih kepada saya, telah menulis buku itu. Ia berjanji akan bertaubat dan akan terus meningkatkan kualitas diri, beribadah dan bersedekah.
 
Keberlimpahan materi bukanlah segalanya. Peristiwa ini menjadi salah satu bukti bahwa keberlimpahan materi tidak bisa menjamin mudahnya jodoh. Malah seringnya membuat si pemilik materi menjadi bodoh. Termasuk dalam ikhtiar menemput jodoh. Perempuan ini mengaku, sudah berkali-kali pacaran dengan banyak orang, tetapi tidak ada satu pun yang mau serius diajak menikah. Semuanya hanya memanfaatkan dan hanya bermain-main saja.
 
Begitulah, maka saya menyarankan agar teman-teman bisa membaca buku ini. Buku yang saya tulis bersama sahabat Muslimah terbaik saya. Buku ini ditulis bukan hanya dari sisi laki-laki tetapi juga perempuan. Sebagaimana judulnya; "Pelangi Cinta"; buku ini aka membawa kepada kehidupan remaja dan pemuda yang penuh warna; penuh dengan prestasi dan karya. Senantiasa menjadi perempuan dan laki-laki yang terhormat. Anak judul "Merayu Allah, Mudahkan Jodoh"; merupakan langkah-langah bagaimana seseorang menemput jodoh dan menghalalkan cintanya sesuai dengan langkah-langkah-Nya.
 
Pacaran. Perempuan tadi memang mengakui kesalahannya selama ini adalah karena ikut-ikutan pacaran. Sungguh, tidak ada sedikit pun kebaikan dalam pacaran. Makana saya selalu berpesan kepada siapa saja yang pernah menjadi korban pacaran, untuk saling mengingatkan kepada siapa saja, terutama perempuan yang sedang atau tidak pernah pacaran, agar tidak ikut-ikutan pacaran.
 
Mungkin itulah penyebabnya sampai kini ia merasa sulit jodoh. Karena menjemput jodoh dengan cara yang bodoh. Nikah itu kebaikan, oleh karena itu dilarang keras menodai kebaikan menikah dengan pacaran. Orientasi menikah dan pacaran itu sangat jauh berbeda. Pacaran itu dapat dipastikan main-main. Sementara menikah itu serius. Pacaran itu pasti putus. Karena itu, kalau niatnya menikah jemputlah ridha orang tuanya, biar berkah.
 
Untuk teman-teman yang masih kesusahan dalam menjemput jodoh. Renungkan baik-baik saran dari saya. Pertimbangkan usia, sekarang usia kalian berapa? Batasi ikhtiar menjemput jodoh dengan usia, jangan leha-leha. Terutama untuk perempuan, usia 24 atau 25 tahun itu sudah matang untuk menikah. Jangan ditunda-tunda, nanti nggak nikah-nikah. Hehe. Berikutnya, tentukan target, kamu ingin nikah kapan? Sebutkan dan tulis hari, tanggal, dan tahunnya; misalkan Hari Sabtu 22 Juli 2015. Tentukan target menikah bersama kedua orang tua.
 
Nah, selama menuju hari H, perbaiki kualitas diri. Ikhtiar pantaskan diri sebaik mungkin. Lakukan kebaikan sebanyak mungkin agar Allah berkenan menganugerahimu jodoh terbaik. Kencengin ibadah dan sedekahnya. Saya yakin, jodoh yang kamu harapkan akan datang. Jemput dan sebut namanya dalam do'a di sepertiga malam. Insya Allah ketemu. Yakin.
 
Jikalau dalam waktu seminggu menuju hari H, masih saja belum ada tanda-tanda sang jodoh datang. Ini tandanya kamu harus tawakkal. Sudah, kalau begitu, kamu harus pasrah karena Allah, serahkan pilihan jodohmu itu kepada orang tua, biar orang tua yang memilihkan jodoh untukmu. Insya Allah itu jodoh terbaik untukmu. Ops! Jangan protes! Stop! Praktekkin! Jangan kebanyakan 'tetapi'. Hehe.

0 Response to "Susah Jodoh"

Post a Comment