Jangan Boros

Cantik Shalihah - Saya sering memperhatikan gelagat dan kebiasaan ibu-ibu dalam keseharian. Di dunia nyata maupun maya. Bertemu dengan ibu siapa saja, saya selalu ingin memperhatikan; mulai dari bagaimana ia berbicara, cara berbusana, bersikap, memakai aksesoris, dan lain sebagainya. Dari aktivitas memperhatikan orang lain seperti itu, mudah-mudahan saya banyak diperhatikan orang. Ehm. Hehe. Tapi beneran, saya banyak belajar dari aktivitas semacam ini. Bukan untuk mencari keburukan orang lain, tetapi untuk saya sendiri supaya bisa menjadi orang yang hati-hati.


Di antara kebiasaan para ibu ketika berada di luar, yang berhasil saya tangkap; para ibu masih banyak yang pakai perhiasan berlebihan, mulai dari cincin, gelang, kalung, dll semuanya dipakai, perhiasannya guede-guede banget. Berbusana seperti Cinderella, warna-warnanya ngejreng dan mencolok, teurai panjang. Memakai kosmetik yang tebal dan berlebihan. Beberapa kosmetik yang menurut saya tidak perlu juga sering kali dipaksakan dipakai.

Saya juga suka terlibat mengobrol dengan berbagai macam karakter ibu-ibu. Dari obrolan-obrolan itu saya bisa sedikit menyimpulkan jika para ibu sering kali mudah termakan bujukan dan ajakan para ibu lainnya. Gampangnya mudah sekali ikut-ikutan. Kalau trennya ini ikutan ini, kalau lagi ramai itu ikutan itu. Makanya nampak sekali kalau ibu-ibu model begitu ibu yang boros. HP selalu gonta-ganti, ada ibu anu punya HP model terbaru, pengin, beli lagi yang baru, begitulah seterusnya.

Sampai-sampai beberapa kali saya menemukan para ibu yang menjadi bulan-bulanan para debt collector. Punya banyak kartu kredit. Utangnya ke bank numpuk dan buanyaaak banget. Gaya hidupnya pengin selalu mewah. Nggak peduli gaji suaminya sebulan berapa, begitu juga dengan keperluan anak-anaknya. Atau si ibu punya penghasilan sendiri juga nggak ada artinya. Para ibu model begini, biasanya punya geng, ya geng ibu-ibu. Sebetulnya nggak ada yang salah ya punya perkumpulan ibu-ibu, tetapi kalau tidak hati-hati nantinya boros.

Nggak cuma itu, masalah tas saja, masya Allah, padahal tas perempuan kan banyak yang murah dan tetap bagus. Maksa aja penginnya tas yang mahal dan bermerek. Gengsi. Ya itu dia penyakitnya, gengsi. Seolah-olah kalau nggak pakai tas yang bermerek itu kampungan, dan takut dibilang orang miskin. Astaghfirullah.

Jadi saya berharap, ketika saya menulis catatan ini sepenuhnya dipahami ya, dipahami kita semua, terutama oleh para ibu. Ibu-ibu harus menjadi ibu yang mulia dan sederhana. Jangan mudah terpengaruh oleh kebiasaan yang buruk. Berbusanalah dengan sederhana. Berkosmetiklah dengan tidak berlebihan. Jangan gengsi. Jangan boros. Bikinlah kebiasaan yang sederhana, yang kira-kira bisa diikuti oleh para ibu yang lain. Jadilah ibu yang inspiratif dan kreatif.

Tampil cantik, tampil wangi, tampil rapi, tampil unik, dan lainnya tidak mesti mahal dan berlebihan. Asalkan kita kreatif, hal-hal yang sederhana dan murah akan bisa terlihat pantas dan tak kalah dengan barang-barang mewah. Termasuk budaya arisan, dan kebiasaan-kebiasaan lain yang sering kali para ibu lakukan, tetap boleh dilakukan tetapi jangan sampai keterlaluan dan berlebihan.

Saya juga berharap, para ibu-ibu bisa menahan diri dari segala godaan ibu-ibu yang lain, yang sering kali tampak mewah, memperlihatkan kemewahannya. Mari saling mengingatkan, jangan malah terbawa arus keburukan. Sampaikan pola hidup sederhana dengan cara-cara yang baik, mulai dari diri sendiri dan keluarga. Alangkah baiknya, jika harta yang kita miliki itu disimpan, disedekahkan, dijadikan modal usaha, dan lainnya untuk kehidupan di masa depan. Yang harus diwaspadai lagi, awas, jangan-jangan ibu-ibu boros tapi nggak kerasa! Hehe.

0 Response to "Jangan Boros"

Post a Comment