Namanya juga rumah tangga pastilah rumit, berliku, dan penuh ujian, karena kalau sederhana namanya bukan rumah tangga, tapi rumah makan pandang. Hehe. Begitulah memang, membina rumah tangga itu seperti sedang menahkodai kapal pesiar yang besar, para pengendali kapal harus siap dengan segala risiko, terutama jika di tengah perjalanan ada badai menghantam. Alih-alih melawan hantaman badai, kalau tidak cermat menghadapinya malah kita yang terbawa hantaman badai itu.
Dalam segala hal, perencaan itu penting. Pepatah lampau menyatakan; Kebaikan yang tidak terorganisir akan dikalahkan oleh kejahatan yang terorganisir. Membina rumah tangga itu kebaikan dan kemuliaan, tetapi jika tidak direncanakan dan diorganisir maka sejak awal sesungguhnya ia telah kalah sebelum berjalan. Proses dan hasilnya pun dapat dipastikan berantakan. Merencanakan dan mengelola rumah tangga tidak bisa direncanakan dan dikelola oleh satu pihak saja, semua anggota keluarga harus terlibat di dalamnya, terutama keterlibatan suami dan istri.
Keduanya, suami dan istri saling memberi masukan, usulan, kritikan, tentang bagaimana caranya membina rumah tangga ke depan. Bagaimana jika di tengah perjalanan ada ujian. Bagaimana jika nanti dalam prosesnya ada kekeliruan. Harus ada komitmen bersama dari keduanya.
Masalah datang dari berbagai penjuru, bisa dari istri atau suami. Suatu waktu istri bisa nyebelin, begitu pun suami berpotensi nyebelin. Yang penting adalah bagaimana menyikapi kondisi saat suami atau istri sedang nyebelin. Hindari sikap marah-marah, emosional, keras kepala, menyalahkan, dlsb. Tetapi utamakan sikap sabar, tenang, dan sikapi segala dengan kepala dingin, bahwa segala masalah seberat apa pun harus disikapi dengan cermat dan bijak.
Salah satu ibadah yang menurut saya penting ditunaikan secara istiqomah oleh sepasang suami istri adalah sedekah, berbagi dan memberi kebaikan. Kenapa harus sedekah? Karena dalam hidup ini kita butuh kebaikan dan kepedulian dari Allah agar hidup kita, agar rumah tangganya menjadi berkah. Harta, anak, dan segala hal yang fasilitas yang diberikan Allah kepada kita hanyalah titipan. Sebagaimana layaknya barang titipan, kita berkwajiban menjaganya, cepat atau lambat segala titipan itu akan dikembalikan kepada pemiliknya; Allah Swt.
Betapa banyak suami-istri yang hampir setiap hari kerjanya ribut, anak-anaknya susah diatur, tetangganya pada rese, saudaranya juga pada nyebelin, dan lain-lain, sering kali pikiran dan hati menjadi keruh. Pusing, stres, dan dunia ini serasa hampa, seperti ingin mengakhiri hidup saat itu juga. Tetap bersyukur dan berhusnuzhon. Jangan-jangan memang kita lupa bersyukur dan berhusnuzhon. Jangan-jangan memang kita enggan dan lupa sedekah, berbagi dan memberi kebaikan.
Bukankah indah berbagi dan memberi kebaikan. Tampak indah sepasang suami-istri yang sama-sama mengharapkan kebaikan dari Allah, anak-anak juga secara tidak langsung sedang dididik menjadi anak yang sejak kecil punya kepedulian kepada sesama yang membutuhkan. Ajaklah para anak yatim, orang tua jompo, dan kaum dhuafa lainnya untuk bersilaturahim ke rumah kita sekalian. Sambutlah mereka, berikan pelayanan terbaik, berikan jamuan terbaik kepada mereka. Bikin mereka tersenyum bahagia. Insya Allah do'a-do'a merekalah yang akan menjadi penguat keharmonisan rumah tangga.

0 Response to "Mengharmoniskan Rumah Tangga dengan Sedekah"
Post a Comment