Pernikahan Kedua, Ketiga, dan Seterusnya

Pahit dan sakit sekali ketika ada sepasang suami dan istri yang harus mengakhiri jalinan rumah tangganya dengan bercerai. Tentu bukan tanpa alasan. Alasannya bermacam, yang paling sering karena masalah dan konflik dalam rumah tangga. Penyebab lain, karena salah satu dari pasangan berselingkuh, melakukan kekerasan dalam rumah tangga, dan lain sebagainya.
 
Terlampau banyak sepasang suami-istri yang harus menerima pil pahit ini. Ikrar suci pernikahan yang dulu sama-sama ditunaikan seakan lupa dan tak membekas. Mereka yang berpisah, ada yang telah dikaruniai anak dan ada juga yang belum. Bagi yang telah dikaruniai anak, tentu saja menjadi tantangan berat tersendiri supaya sang istri bisa hidup lebih mandiri.
 
Yang masih menjadi bulan-bulanan di masyarakat kita adalah ketika sepasang suami-istri berpisah, yakni menyandang predikat duda dan janda. Bagi laki-laki mungkin tak terlalu terbebani dengan status duda tersebut, karena memang budaya masyarakat kita lekat dengan budaya patriarkhi. Sementara buat perempuan, menyandang status janda pastilah menjadi bulan-bulanan banyak orang.
 
Seorang perempuan janda sudah dapat dipastikan akan banyak yang menggoda. Membujuknya untuk bersedia menikah lagi. Para laki-laki 'hidung belang' sudah siap pasang badan, untuk bisa membuat hatinya luluh. Hehe. Sekali lagi, kenyataan menyandang status janda memang berat. Tetapi yakinlah, jika pribadinya senantiasa waspada, para perempuan janda pun akan terjaga.
 
Jaga ucap dan jaga sikap. Berucap yang baik dan sopan kepada siapa saja. Bersikap seperti orang pada umumnya, tidak ada yang dibuat-dibuat. Mintalah do'a kepada kedua orang tua. Istiqomahkan ibadah wajib dan sunahnya. Nah, biasanya para perempuan yang menyandang status janda itu akan memilih salah satu dari dua opsi; tetap sendiri atau menikah lagi. Tentu masing-masing pilihan punya alasan tersendiri. Untuk yang ingin menikah lagi, bukanlah hal yang gampang. Ada banyak pertimbangan yang harus dipahami.
 
Pertama, tidak terburu-buru dalam bersikap, memutuskan jodoh baru, lalu kemudian buru-buru menikah. Kedua, waspada pada semua rayuan dan ajakan manis para laki-laki. Hampir sulit membedakan mana ajakan yang baik dan mana yang buruk, ketika dalam kondisi seperti ini. Orang kalau ada maunya pasti akan melakukan segala cara. Ketiga, jangan perturut hawa nafsu. Untuk meminimalisirnya, mintalah saran orang tua dan orang-orang yang Anda percayai, kiai, ustadz, nyai, ustadzah misalnya. Keenam, kalau memang ingin segera menikah lagi, tentukan target, dan harus punya waktu untuk berikhtiar yang sungguh-sungguh. Dengan menggenjot ibadah wajib dan sunah, termasuk sedekah.
 
Salah satu pertimbangan yang bisa bikin saya yakin kalau para perempuan janda akan menikah lagi adalah sebagai berikut; pastikan kondisi jiwa dan raga sudah dalam kondisi stabil. Tunjukkan bahwa dirimu adalah perempuan kuat dan mandiri. Mulailah meniti karir, temukan passion, dan bersemangat menghidup udara kehidupan yang baru. Ia yang bersemangat dan yakin kepada Allah untuk urusan jodoh, tak kan pernah khawatir, apalagi ketakutan. Asalkan ia terus memperbaiki dan memantaskan diri, insya Allah, Allah pun akan memantaskan dan memilihkan jodoh baru yang lebih baik. Bahkan, bisa jadi Allah akan mengirimkan jodoh yang baru tanpa kau pinta sekali pun. Itulah tanda di mana hati kita sudah bertaut dengan Allah.
 
Jangan sampai pernikahan yang kedua mengalami kegagalan lagi, apalagi sampai pernikahan ketiga, keempat, terus mengalami kegagalan, karena kecerobohanmu lagi. Jangan main-main dengan menikah dan berumah tangga. Karena menikah dan berumah tangga untuk seumur hidup, bukan seumur jagung.

0 Response to "Pernikahan Kedua, Ketiga, dan Seterusnya"

Post a Comment