Ada banyak para istri yang memutuskan untuk tidak melakukan aktivitas di luar, seperti perempuan karir. Mereka memutuskan untuk menjadi ibu rumah tangga saja, berdiam diri di rumah, mengurus pekerjaan rumah tangga, mengurus suami dan anak. Istri yang menginginkan totalitas, untuk sepenuhnya mengabdi pada keluarga.
Bagi saya, kehidupan itu pilihan, termasuk istri memilih total di rumah atau sambil berkarir. Dua-duanya kemuliaan, sama-sama harus dihargai. Istri yang memilih untuk total berada di rumah bukan karena 'membenci' karir. Begitu pun istri yang berkarir tidak berarti 'membenci' untuk menjadi ibu rumah tangga. Karena menjadi ibu rumah tangga itu menjadi keharusan bagi perempuan mana pun, manakala sudah menikah. Begitu juga dengan seorang istri yang berkarir semata-mata karena ingin bersyukur atas segala limpahan anugerah dari Allah.
Ibu rumah tangga sebuah pengabdian yang amat mulia. Para istri yang memutuskan untuk hanya menjadi ibu rumah tangga tidak berarti hina. Karena predikat ibu rumah tangga secara otomatis akan melekat kepada siapapun perempuan yang telah menikah. Jadi berkarir atau tidak, seorang istri otomatis menjadi ibu dari anak-anaknya, menjadi ibu rumah tangga. Sehebat apapun jabatan, gelar, dan kedudukan seorang istri, ia tetap menjadi ibu rumah tangga.
Tetapi yang jelas menjadi ibu rumah tangga bukan berarti berhenti belajar. Tidak ada salahnya jika para ibu rumah tangga, sambil fokus pada pekerjaan rumah tangga, tetap bisa memanfaatkan potensi yang dimiliki. Sebagai contoh, terlampau banyak para ibu rumah tangga yang kini kreatif dan pandai memanfaatkan peluang. Ada ibu rumah tangga yang pandai dan produktif menulis. Ia menekuni dunia tulis menulis tanpa harus meninggalkan kewajibannya sebagai ibu rumah tangga.
Potensi menulis terus ia kembangkan, sebagai salah satu alternatif liburan sepanjang hari untuk mengisi kejenuhan. Ia pandai menuliskan moment-moment berharga dalam jalinan rumah tangga. Pahit-manis, senang-gembira, dalam menjalani kehidupan rumah tangga ia tuliskan. Ia hanya berharap semoga apa yang ia tulis dapat memberikan manfaat bagi umat.
Lain dengan ibu rumah tangga penulis, ada juga di antara istri yang pandai memanfaatkan peluang untuk berbisnis online. Memanfaatkan kecanggihan teknologi dan media sosial untuk menekuni bisnis online tanpa harus menyita waktu mengurus rumah tangga. Ia bisa memulai bisnis onlinenya ketika waktu di rumah sedang dalam keadaan leluasa dan beres. Bahkan, sudah banyak para istri yang awalnya membuka bisnis online, sekarang sudah dapat mepekerjakan banyak karyawan. Jadi ia hanya bertugas mengawasi, mengarahkan, dan tentu saja terus berpikir untuk dapat memberikan pelayanan yang lebih prima.
Karena itu, menjadi ibu rumah tangga bukanlah sesuatu yang hina. Menjadi ibu rumah tangga bukan malah mengekang segala potensi dan peluang yang ada. Menjadi ibu rumah tangga yang hanya menjadi beban, sehingga hidup tidak tenang, jalinan rumah tangga pun hancur berantakan. Saya yakin, kalau selalu dilandasi dengan niat dan ikhtiar baik, para suami akan merestuinya. Merestui para istri untuk bisa meluapkan segala potensi yang dimilikinya. Bahkan suami yang baik akan selalu mendukung semua langkah-langkah yang akan ditempuh istrinya.
Lagian mana tega seorang istri mengkhianati suaminya. Ini terbukti, termasuk di media sosial ini, saya banyak menemukan para ibu rumah tangga yang pandai memanfaatkan potensi dan peluang. Dan di saat yang bersamaan, mereka juga kreatif mengurus rumah tangga. Bagaimana ia mendidik anak; mulai dari memasak menu makanan yang berbeda untuk tiap anak, menata seisi ruangan rumah agar terasa nyaman, dan lain sebagainya. Semoga para istri dianugerahi seorang suami yang punya kepedulian besar terhadap tugas mulia dan berat seorang ibu rumah tangga.

0 Response to "Untuk yang Masih Menjadi Ibu Rumah Tangga"
Post a Comment