Ceramah yang Ramah Muslimah

Semenjak kecil saya suka sekali kalau menghadiri acara-acara keagamaan; ceramah, tausiyah, dan sejenisnya, entah itu di masjid, di musholla, di lapangan, di majelis taklim, di pesantren, atau lainnya. Sejak kecil, saya sering ikut Mamah ke mana-mana. Di masjid kampung, ada pengajian rutin setiap hari Senin pagi. Pun di masjid-masjid kampung tetangga; ada yang setiap hari Rabu, Selasa, dan hari lainnya.
Ceramah yang Ramah Muslimah
 
Saya juga suka mendengarkan ceramah di radio, di televisi, dan lainnya. Penceramah yang paling saya idolakan sampai saat ini adalah al-Maghfurlah KH. Zainuddin MZ, saya sering memanggilnya dengan sebutan MZ saja. Kata Mamah, ketika saya ditanya tentang cita-citanya; saya selalu jawab ingin jadi penceramah kaya MZ. Hehe.
 
Pun ketika di pesantren, setiap kali ada acara keagamaan, saya selalu ingin menyempatkan hadir. Bukan apa-apa, selain karena ingin menimba ilmunya, saya juga sering memburu air bekas kiai dan cium tangannya. Sampai hari ini, saya juga masih suka memburu ilmu, air minum bekas kiai, dan mencium tangannya. Bukan karena apa-apa, semoga dengan itu melimpah berkah.
 
Salah satu materi ceramah yang selalu bikin saya kesel itu adalah ketika isi tausiyahnya itu menyudutkan para perempuan Muslimah. Bagaimana tidak, para penceramah itu kebanyakan dari mereka yang selalu bilang bahwa perempuan itu diciptakan dari tulang rusuk yang bengkok, makanya harus diluruskan sama laki-laki. Perempuan juga katanya makhluk Allah yang paling banyak masuk neraka. Kehadiran perempuan itu sumber fitnah. Inilah itulah dan seterusnya.
 
Saya lama merasakan gelisah, tidak mungkin Islam, agama yang kita muliakan bersama ini membeda-bedakan manusia hanya karena jenis kelaminnya; perempuan dan laki-laki. Saya tidak percaya, karena saya yakin Islam itu agama yang adil dan seimbang. Saya selalu meyakini Islam sebagai agama yang memuliakan perempuan dan laki-laki. Karena manusia itu diciptakan dalam bentuk yang paling baik. Tidak peduli dia perempuan atau laki-laki.
 
Belum lama ini saya juga mendengar ada seorang ustadz yang memberikan ceramah tentang memuliakan ibu, sambil mengutip salah satu hadits Nabi Saw, bahwa Nabi menyebut ibu sebanyak tiga kali ketimbang ayah, karena ayah cuma disebutkan satu kali di belakang. Kesimpulan dari ustadz itu katanya; berarti ibu lebih bertanggungjawab tiga kali lebih berat dari suami. Keberhasilan mendidik anak sangat bergantung pada istri, bukan pada suami.
 
Pikiran dan batin saya perang, berkecamuk. Sejenak saya merenung. Apa benar itu ajaran Islam, makna hadits Nabi itu begitu? Karena saya justru memahaminya tidak demikian. Saya memahami hadits itu sebagai pemuliaan Allah melalui Nabi Saw untuk para ibu. Bahwa para ayah harus sadar diri bahwa mereka harus memuliakan para ibu, istrinya. Karena itu, tugas mendidik anak dan mengurus rumah tangga bukan mutlak tugas ibu saja, tetapi tugas ayah juga. Keduanya harus bekerjasama dengan seimbang. Berperan bersama dan berbagi tugas, saling melengkapi.
 
Ini sekelumit kegelisahan saya saja, masih ada banyak kegelisahan-kegelisahan saya yang lain. Makanya, hari ini kita sangat membutuhkan para penceramah yang bisa memberikan ceramah yang ramah untuk para Muslimah. Bukan ceramah yang menggelikan, sambil menertawakan, atau sampai menyudutkan. Dengan nada bercanda atau serius pun harus dihindarkan. Na'uzubillah. Jadi, saya tidak bisa percaya, sampai hari ini, jika masih ada yang mengatakan kalau penghuni neraka akan kebanyakan oleh perempuan. Saya tidak percayaaa!
 
Karena surga dan neraka itu menjadi urusan Allah saja. Bisa jadi neraka dihuni oleh laki-laki atau perempuan, atau juga seimbang. Kita tidak akan pernah tahu. Yang jelas kita, laki-laki dan perempuan tidak boleh saling menydutkan.

0 Response to "Ceramah yang Ramah Muslimah"

Post a Comment