Harta Tak Menjamin Bahagianya Rumah Tangga

INSPIRASI SHALIHAH - Sebut saja Hadi, laki-laki yang kemudian memustuskan menikahi Hilda, salah seorang perempuan yang sudah sejak lama ia kenal. Keduanya pernah bersama dalam satu almamater, dulu, di SMA. Puji syukur, akhirnya Allah mempertemukan keduanya sampai di pelaminan. Banyak orang yang menyebut keduanya pasangan ideal, cantik dan ganteng.
 
Hati siapalah yang tidak bahagia jika telah menapaki satu tahap dalam kehidupan, pernikahan. Tak ada kendala begitu berarti, semua berjalan dengan lancar, segala siap tersedia, segala senyum dan do'a pun mengalir deras dari sanak saudara dan teman. Semuanya mendo'akan agar keduanya dijadikan pasangan yang langgeng.
Harta Tak Menjamin Bahagianya Rumah Tangga
 
Hadi dan Hilda akhirnya memutuskan untuk tinggal di rumah orang tua Hilda. Secara manusiawi, mungkin bisa dimaklumi, mungkin karena rumah orang tua Hilda cukup besar. Jalinan rumah tangga pun berjalan biasa seperti kebanyakan. Namun entah kenapa, lambat laun, Hilda menjadi sosok yang emosian, mudah marah, dan suka berbuat kekerasan.
 
Hilda menjelma menjadi istri yang 'tegaan'. Hadi, sang suami, dijadikan layaknya pembantu di rumah. Hadilah yang selama ini harus rela mengurus pekerjaan rumah, selain juga harus bekerja keras. Padahal Hadi cukup dapat dibilang mapan secara ekonomi. Penghasilannya tidak kurang dari 5 jura rupiah setiap bulan. Jauh lebih mapan dibandingkan UMR di kotanya yang hanya berkisar pada angka 1,3 jura rupiah.
 
Namun ternyata penghasilan cukup besar itu tak membuat Hilda nyaman. Mungkin karena keluarga Hilda terlampau kaya raya. Rumah mewah, mobil mewah, dan segala kebutuhan lainnya tercukupi. Wallahua'lam, saya juga tak terlalu banyak tahu. Tetapi kemudian, sesuai cerita yang saya dapatkan, Hilda menggugat pisah suaminya, sampai 2 kali. Hadi tak mengerti apa mau istrinya dan apakah ada yang salah darinya.
 
Sehari dua hari, seminggu dua minggu, sebulan dua bulan, hadi dapat bertahan dan sabar dengan kehidupan yang serba berat dan pahit ini. Keadaan inilah yang kemudian mungkin membuat Hadi pasrah digugat pisah oleh istrinya. Buah hati perempuan semata wayangnya pun akhirnya jadi korban. Korban pil pahit kedua orang tuanya, karena lebih dari satu tahun ini sudah berpisah.
 
Sungguh, saya tidak ingin menyalahkan siapa-siapa. Tetapi yang perlu diingat dan direnungkan kembali, bahwa pernikahan adalah akad yang mengikat segala risiko, baik maupun buruk. Keduanya, suami maupun istri harus siap menghadapi segala ujian dalam kehidupan rumah tangga. Ada kalanya masalah datang dari istri, pun suami. Ada kalanya dari masing-masing kedua orang tua, tetangga, saudara, teman, dan lainnya.
 
Tetapi kemudian, apapun masalahnya, tetaplah ingat Allah, tawakkal ala Allah. Hadapi semua masalah yang datang dengan tenang. Bukan dengan emosi, marah, apalagi kekerasan. Harta yang banyak sama sekali tak mutlak dapat menjamin. Yang menjamin itu saling pengertian, sikap saling membutuhkan. Duduklah dengan baik, musyawarahkan dengan penuh ketenangan, libatkan selalu kekuatan Allah.
 
Suami dan istri sama-sama mulia. Tidak ada suami di atas, sementara istri di bawah. Atau pun sebaliknya. Tidak diperkenankan suami berbuat semena-mena hanya karena jenis kelaminnya laki-laki dan banyak harta. Begitu pun istri, tidak diperkenankan semena-semena kepada suaminya, hanya karena penghasilan suami lebih kecil dari istri. Yang menjadikan keluarga itu utuh adalah sikap saling membutuhkan, karena dari masing-masing keduanya melekat kelebihan dan kekurangan.

0 Response to "Harta Tak Menjamin Bahagianya Rumah Tangga"

Post a Comment