Ketika Nabi 'Ditembak' Khadijah

INSPIRASI SHALIHAH - "Putra pamanku, aku mencintaimu karena kebaikanmu, keterlibatanmu dalam seluruh urusan di tengah masyarakat. Aku mencintaimu karena kau bisa diandalkan, juga karena keluhuran budi dan kejujuranmu", tembak Khadijah pada Muhammad.
 
Sebuah kata 'tembak' yang makjleb! Tidak memutar-mutar, membingungkan, apalagi alay. Hehe. Bagi saya, ini menjadi moment paling mesra sepanjang sejarah. Sebuah kejujuran yang tulus dari seorang perempuan yang mecintai laki-laki. Bukan karena nafsu, bukan karena fisik, apalagi karena harta dan kedudukan.
 
Khadijah tentulah perempuan cerdas dan bijak. Tidak mungkin ia terbujuk gampang oleh laki-laki sembarang. Bukankah banyak laki-laki yang juga ganteng, gagah, dan kaya sezaman itu. Tetapi kenapa kemudian pilihan hatinya jatuh kepada Muhammad. Salah seorang pemuda jujur, yang juga menjadi mitra bisnisnya sejak lama.
Ketika Nabi 'Ditembak' Khadijah
 
Atas kecerdasan dan kebijaksanaan Khadijah, tentu saja ia merasakan bahwa Muhammad bukan laki-laki biasa. Ia pun mungkin saja tahu bahwa Muhammad akan menjadii manusia pilihan dan utusan Allah (Rasulullah). Setidaknya, Khadijah begitu terkesima dengan sifat dan sikapnya yang istimewa. Sifat dan sikap yang jarang ia temukan pada laki-laki pada umumnya. Tentang kejujuran, keuletan, kesabaran, dan keistiqomahan.
 
Sebagai manusia biasa, Khadijah mungkin saja merasakan bahwa meskipun ia telah menjadi janda, ia tetap cantik, bahkan jauh lebih cantik dari para gadis sezaman itu. Khadijah juga perempuan kaya raya, karena bisnis yang telah lama ia tekuni. Kekayaan melimpah rumah. Selain itu, Khadijah juga berasal dari keturunan keluarga terhormat, bani Quraisy. Tak hanya itu saja, selain cantik dan terhormat, Khadijah adalah seorang perempuan yang tetap rendah hati, penuh cinta, dan bijaksana.
 
Secara itung-itungan dunia, mana mungkin Muhammad menolak cintanya. Tetapi di atas itu semua, Khadijah sadar betul, bahwa itikad 'nembak' tersebut sedikit pun bukan karena nafsu, tetapi karena cinta hakiki, panggilan hati. Apalagi memang kisah cinta keduanya telah menjadi kehendak Allah. Allah memang akan menyatukannya.
 
Apa hasilnya? Muhammad memang menerima cinta Khadijah. Muhammad menerima Khadijah biar pun ia berstatus janda. Jelas, karena cinta Muhammad kepada Khadijah bukan seukur kasat mata. Apalagi karena fisik dan harta. Sebuah ikhtiar menjemput cinta yang langka. Seorang perempuan yang berani 'nembak' laki-laki. Entah, apalah hasilnya, kalau cinta Khadijah bukan karena ketulusan dan kejujuran hakiki. Kalau saja Khadijah tidak tulus dan jujur pada dirinya untuk mencintai Muhammad, entahlah akan menjadi milik siapakah seorang laki-laki istimewa bernama Muhammad.
 
Sekiranya, kisah cinta paling romantis dan mesra sepanjang sejarah ini dapat dijadikan teladan oleh kita sekalian. Terutama oleh para pemudi yang belum menikah, atau para janda yang punya itikad baik untuk menikah kembali. Bahwa 'nembak' dengan niat yang tulus dan jujur bukanlah kehinaan. Tetapi justru kemuliaan dan keberuntungan yang tak terhargai oleh sesuatu apapun. Begitulah karena cinta hakiki itu hanya Allah yang menggerakkan. Tak ada keraguan dan kekhawatiran. Pikiran dan hati menjadi mantap bersikap. Kebaikan demi kebaikan menjadi ikhtiar yang terus dilakukan. Orang tua, orang-orang terdekat, dan sahabat juga dengan senang hati merestui.

0 Response to "Ketika Nabi 'Ditembak' Khadijah"

Post a Comment