Jangan Jadi Suami Nyebelin

INSPIRASI SHALIHAH - Setiap hari kelakuannya kaya raja. Bangun tidur, harusnya dibangunin. Mulai dari handuk, air hangat, dan segalanya juga dilayanin. Kopi atau teh dan camilan juga nggak boleh telat. Apalagi sarapan pagi. Sarapan pagi juga harus sesuai perintah. Koran dan majalah juga tak boleh lupa, semuanya harus sudah tersedia di meja. Pakaian buat kerja harus sudah siap sedia. Baju, dasi, dan sepatu semuanya nggak mau pakai sendiri. Gila!
 
Sementara istri, bangun jam 3 dini hari. Shalat malam, sambil nunggu shubuh, ia mengisi bak mandi, nyalakan kompor, dan sebagainya. Adzan shubuh berkumandang harus bangunkan suami dan putra-putri. Ya nyapu, ya ngepel, ya cuci piring, cuci pakaian, belanja ke warung/pasar, masak, dan lain sebagainya semua dikerjakan seorang diri.
Jangan Jadi Suami Nyebelin
 
Kalau ada salah sedikit saja, ampun deh ngomel-ngomel kaya piring pecah. Hehe. Segalanya harus sempurna. Makanya aneh, ini suami model apa. Dulu niatnya jemput mendambakan istri salehah atau pembantu. Suami model gini yang memang harus dibina. Dibinasakan. Hehe. Jangan jadi suami nyebelin.
 
Urusan rumah tangga itu bukan kodrat seorang istri. Dulu ingat nggak dengan janji segalanya mau dilakukan kompak berdua. Ya dalam rumah tangga juga semuanya harus dilakukan berdua. Atau paling nggak, prinsipnya bagi tugas, saling melengkapi. Kodrat perempuan itu cuma ada lima; mengandung, melahirkan, menyusui, menstruasi, dan menopause. Selain itu bukan kodrat. Kodrat itu bawaan dari 'sana', yang sifatnya nggak bisa dipertukarkan antara laki-laki dan perempuan.
 
Lagi pula, perempuan setelah menjadi istri sama sekali tidak turun kedudukan. Suami dan istri tetapi dalam posisi yang setara. Sama-sama makhluk Allah yang mulia. Jadi jangan jadi suami yang merasa paling hebat. Sampai kemudian berbuat seenak sendiri. Istri harus hormat pada suami memang harus. Tetapi juga bukan berarti suami dilarang hormat pada istri. Kalau sifat dan sikap istri baik, jadilah suami yang hormat pada kebaikan istri.
 
Menjadilah suami yang ramah, bukan pemarah. Menjadi suami rajin, bukan cuma mau enaknya aja dilayanin. Kalau bikin kopi bisa sendiri kenapa mesti dilayani. Kalau suami bisa bantu cuci piring, nyapu lantai, ngepel, dan kerjaan ringan lainnya kenapa gengsi. Nah, menjadilah suami yang nggak gampang gengsi. Wong Nabi saja, juga mau bantu istrinya. Nabi menjadi sosok suami yang pandai membahagiakan, juga meringankan pekerjaan istri.
 
Lagian, kalau cuma soal cari nafkah mah mudah. Anak kecil juga bisa cari uang. Apalagi seorang istri, amat mudah kalau soal nafkah. Makanya betapapun sudah menjadi istri, istri harus tetap mandiri, dan didukung suami. Yang indah itu jika suami dan istri punya prinsip buat saling melengkapi, segala hal yang dihadapi dalam rumah tangga dimusyawarahkan dulu. Keduanya saling terbuka, jika ada unek-unek nggak dipendem, tapi semuanya diungkapkan agar ketemu jalan keluarnya. Saling memaklumi kalau masing diri suami atau istri ada banyak kekurangan. Komunikasi keduanya (suami dan istri) cair dan nggak canggung. Pandai bercanda jika suasana sedang kaku. Mudah-mudahan kita termasuk para laki-laki (suami) yang bisa menghargai keberadaan dan pendapat perempuan (istri). Begitu ya, jangan jadi suami nyebelin!

0 Response to "Jangan Jadi Suami Nyebelin"

Post a Comment