Belajar Dari Rumah Tangga Wenda dan Ruben

Kamis sore saya pulang ke rumah, menempuh perjalanan lumayan jauh. Saat tiba di rumah, seperti biasa, Ibu sedang khusyuk mendampingi anak-anak yang bisa belajar mengaji. Setalah saya mencium tangannya, Ibu pasti tanya kabar saya; "Sehat A?." "Alhamdulillah, sehat", jawab saya. Biasanya saya langsung minum dan makan. Tetapi karena hari itu hari Kamis, saya harus menahannya sampai maghrib nanti.
 
Ya, saya beranjak ke ruang tengah, lalu m...erebahkan tubuh, karena lelah. Saya ambil remote TV, pandangan tertuju pada acara talk shaw pasangan selebritis Wenda dan Ruben. Saya penasaran. Saya makin khusyuk menonton dan menyimaknya. Begitu pun dengan para penonton di studio acara tersebut. Diam dan termenung. Keduanya, Wenda dan Ruben; menangis.
Belajar Dari Rumah Tangga Wenda dan Ruben
 
Ternyata, sang istri, Wenda, mengalami kegururan kandungan, saat sedang hamil. Hati suami siapa yang tak teriris, saat buah hati yang begitu dinantikan, belum diizinkan Allah menghirup udara segar seperti kita, manusia pada umumnya. Terlebih Wenda sebagai sang istri, tentu ingin membahagiakan suami dan keluarganya, dengan melahirkan si buah hati. Tapi itulah takdir Allah, Allah lebih tahu dari siapa pun.
 
Sampai-sampai, sampai hari ini Wenda harus rela duduk di kursi roda, atas saran dokter, karena kondisinya lemah. Kalau bukan karena kekuatan niat dan cinta hakiki keduanya, mana mungkin Wenda dan Ruben kuat menghadapi ujian dari Allah yang begitu berat. Andaikan, ujian serupa menimpa kita, entah apakah kita akan kuat menghadapinya?
 
Belum lagi, pastilah Wenda dan Ruben mendapat cibiran dan cacian dari banyak orang. Sebagai laki-laki, Ruben bisa saja mencari dan menikahi perempuan lain yang bisa langsung menganugerahinya buah hati, tanpa harus menghadapi ujian berat ini lebih lama. Bukankah Ruben itu artis, uangnya berlimpah, teman perempuan dan fans-nya juga banyak? Ah, rasanya gampang sekali kalau sekedar cari istri pengganti.
 
Tapi apa yang ada? Ruben tetap bertahan. Segala ujian pun akan di hadapinya bersama. Karena keduanya yakin, ini hanya ujian sementara. Pahit-manis, derita-bahagia, harus dijalani berdua dan bersama. Berat, beraaat, tidak banyak suami, yang bisa sekuat dan setegar itu. Mau memahami kekurangan istrinya. Mau menanggung semua risiko beratnya.
 
Begitu pun bagi Wenda, sang istri. Kalau bukan karena kesabaran dan pertautan hatinya kepada Tuhan, tidak mungkin ia bisa bertahan dan menanggung ujian seberat itu. Apalagi jika dihadapkan dengan budaya patriarkhi masyarakat kita. Pastilah Wenda akan dicap sebagai perempuan dan istri yang tidak berguna, karena tidak bisa membahagiakan suami dan keluarga.
 
Semoga kisah nyata kekegigihan dan kesabaran Wenda dan Ruben membekas di hati kita sekalian. Dapat dijadikan pelajaran, bahwa membina rumah tangga bukanlah hal yang mudah, selalu ada saja ujian yang akan datang. Benarlah kata al-Qur'an, kalau pernikahan merupakan perjanjian yang beraaat.

0 Response to "Belajar Dari Rumah Tangga Wenda dan Ruben"

Post a Comment