Jadi Suami Kok Masih Banyak yang Nyebelin?

INSPIRASI SHALIHAH - Na'uzubillah, semoga saya dan teman-teman laki-laki sekalian dipantaskan Allah agar menjadi laki-laki dan suami yang nantinya nggak nyebelin. Nyebelin ke perempuan dan istrinya. Saya berpikir, merenung berulang-ulang, betapa saya banyak dipertemukan dengan para perempuan dan istri yang punya suami yang super nyebelin. Mereka para istri, disakiti, dicaci, dimarahi, dan diceraikan.
 
Tiap kali mereka bercerita, bicaranya perlahan gugup, terbata-bata, perlahan menangis, sedih sekali, terasa betul sedang merasakan sakit yang keterlaluan. Umumnya mereka (para istri) bingung, apa yang salah dari dirinya? Padahal, ikhtiar untuk menjadi istri yang salehah telah mereka lakukan. Mulai dari mengurus rumah tangga, mendidik anak, bekerja, dan segala aktivitas sebagaimana para istri pada umumnya.
Jadi Suami Kok Masih Banyak yang Nyebelin?
 
Para istri juga hanya memohon kepada Allah, agar Allah berkenan memberkahi sebuah jalinan rumah tangga yang sederhana. Asal punya rumah untuk tempat berteduh dan memenuhi kehidupan sehari-hari sudahlah cukup. Dengan bersuamikan laki-laki yang juga bisa menyeimbangi kekurangan istri. Asalkan suami jujur, mau perhatian pada anak, dan sikap-sikap biasa sebagaimana menjadi Ayahnya anak-anak.
 
Entah sudah berapa banyak, para istri yang telah menceritakan tentang betapa nyebelinnya para suami mereka. Yang paling baru, saya kedatangan seorang Ibu, sebut saja namanya Bu Ani. Ia datang bersama dua orang putranya. Awalnya bermaksud untuk meminta kepada saya agar bisa berkenan menjadi guru kedua putranya, untuk sekedar belajar Al-Qur'an tiap sore. Setelah kami berbincang, akhirnya saya memang saya tidak bisa menolak. Akhirnya, sore itu juga proses belajar Al-Qur'an dimulai.
 
Seperti biasa, saya memberikan motivasi-motivasi pembangkit pada kedua anaknya, ngobrol lembut dengan keduanya, sambil belajar Qur'an. Ibunya juga turut serta duduk agak berjauhan. Jadi apa-apa yang kami obrolkan dengan kedua putranya, si Ibu pasti mendengar. Seusai belajar Qur'an, saya lanjutkan obrolan ringan, untuk mengakrabi keduanya saya menanyakan Ayah dan Ibunya. Dan segala pertanyaan-pertanyaan ringan lainnya.
 
Proses belajar Qur'an ditutup. Sang Ibu meminta waktu untuk sekedar sharing. Sambil berkali memohon maaf, Bu Ani bilang bahwa Ayah pertama anak-anaknya sudah lama berpisah, dengan alasan yang tak bisa saya sebutkan di sini, yang jelas alasannya kelewatan, tak dapat ditolelir lagi. Bu Ani menikah lagi dengan Pak Syarif, menjadilah ia suami kedua, setelah ia berpisah dengan suami pertamanya. Innalillahi wa inna ilaihi raji'un, suami keduanya pun tak jauh beda kelakuannya dengan suami pertama. Ia pun kembali berpisah, karena pelanggaran suami keduanya terlalu berat dan di luar batas.
 
Kini, Bu Ani single parent. Ia yakin meskipun ia kini seorang diri, ia akan mampu menghidupi kedua anaknya. Ia selalu yakin jika ini bagian dari skenario Allah. Ia tak pernah menyesal. Karena ia selalu menggantungkan semuanya kepada Allah. Ia giatkan ibadah wajib dan sunah, ia menganggap apa yang sedang ia rasakan sebagai ujian dari Allah yang harus dinikmati.
 
Sebegitu tegakah para suami pada istrinya? Apa sebetulnya yang para suami mau dari istrinya? Tidakkah mereka berpikir, meskipun sejenak, saat mereka mengikrarkan akad nikah, akan sepenuh hati menghadapi segala risiko dalam rumah tangga? Apa yang membuat para suami seenteng itu menyatakan pisah dengan istrinya? Pernah mereka berpikir jika sekian banyak hak-hak anak tergadaikan hanya karena nafsu syetan? Na'uzubillah.

0 Response to "Jadi Suami Kok Masih Banyak yang Nyebelin?"

Post a Comment