Takut Menikah

INSPIRASI SHALIHAH - Beberapa hari yang lalu saya disuguhi pertanyaan bernada keluhan dan khawatiran. Ia takut menikah. Seorang perempuan yang sudah berusia lebih dari 25 tahun, masih lajang, tetapi takut sekali untuk menikah. Setiap kali ada laki-laki mendekat, bermaksud ingin mengutarakan maksud nikahnya, ketakutan itu makin menjadi. Entah, katanya, ia begitu bingung. padahal ia berkali-kali meminta nasihat kepada banyak orang, termasuk membaca buku-buku tentang ini.
 
Ia bertanya kepada saya, apa yang sebaiknya ia lakukan. Sebagaimana biasa dan semampu saya, saya berusaha menjawabnya. Saya katakan, bahwa rasa takut itu lumrah, dan semua manusia pasti pernah merasakan takut. Tetapi yang penting, kita harus tetap bisa mengelola diri, agar rasa takut itu tak berlebihan. Sehingga membuat kita pesimis, tak bergairah, dan tersiksa.
 
Menikah itu ibadah, tuntunan Rasulullah, mana mungkin Allah dan Rasul-Nya menyusahkan seorang Muslim-Muslimah yang punya maksud baik, hendak menikah. Selama proses menuju pernikahan, memang kita akan kerap dihadapi ujian, tetapi jika kita sabar dan tegar menghadapinya, insya Allah jalan mudah akan selalu kita temukan.
 
Sebetulnya wajar juga, jika ada di antara para Muslimah ada yang takut untuk menikah, ketika budaya pacaran dan pergaulan bebas merajalela di masyarakat. Apalagi ia dalam posisi yang tidak pernah ikut budaya pacaran. Takut, kalau-kalau nanti calon jodoh jahat, dan tidak membahagiakan. Tapi tetap, kita kudu waspada, agar jangan sampai ketakutan semacam ini merasuki dan membunuh kita. Segera lakukan perenungan, ibadah memohon petunjuk pada Allah, dan musyawarahkan dengan kedua orang tua.
 
Saya akhirnya bilang, refresh lagi niatmu untuk menikah. Bismillah karena Allah. Jika niatnya baik, maka Allah akan berikan proses yang baik, sampai nanti hasilnya baik. Kemudian, tentukan target menikah. Kau mau menikah kapan, tentukan hari, tanggal, dan tahunnya dengan yakin. Musyawarahkan dengan kedua orang tua, dan mintalah pentujuk Allah.
 
Teruslah kreatif dan produktif bekerja dan berkarya. Istiqomah ibadah dan berbuat kebaikan kepada siapapun yang memerlukan. Terus dilakukan selama penantian sampai hari H. Tak usah lah takut dengan masalah biaya. Bikinlah syukuran pernikahan dengan sesederhana mungkin. Menabung dengan rutin bisa menjadi alternatif yang tepat. Islam malah mengajarkan jika menikah menjadi pemantik rezeki. Jadi paradigmanya, menikah dulu baru kaya, bukan kaya dulu baru nikah. Soalnya begini, iya kalau Allah izinkan kau kaya, lah kalau miskin terus kapan nikahnya. Hehe.
 
Saya salut dengan orang ini, sampai hari ini ia terus ulet bekerja demi adik-adik dan keluarganya di rumah. Gajinya tiap bulan dari hasil kerja, terus ia persembahkan untuk keluarga. Ia juga bercerita pernah tertipu uang puluhan juta rupiah, oleh orang yang tidak bertanggungjawab, melalui sang adik. Awalnya ia sempat kecewa, tetapi akhirnya ia serahkan semuanya kepada Allah, ia anggap kehilangan itu sebagai sedekah untuk Allah. Karena sejatinya, apa yang kita miliki hari ini, terutama harta, semata-mata hanyalah milik Allah. Ketika Allah meminta harta kita, maka pantaskah kita marah, dan apalagi menyesalinya? Semoga kita bisa menjadi hamba yang sabar dan ikhlas sepertinya.
Saya senang, setelah saya menjawab berbagai pertanyaannya, ia tampak semangat kembali. Harapan hidupnya segar lagi, optimis kembali. Ia berjanji akan menata kembali pikiran, hati, ibadah, dan segala aktivitas lainnya. Ia juga sudah menentukan target menikah, dan memusyawarahkannya dengan orang tua. Kita do'akan yuk, semoga salah seorang teman kita ini dimudahkan. Aamiin.

0 Response to "Takut Menikah"

Post a Comment