Kekerasan terhadap Tenaga Kerja Perempuan di Luar Negeri

Seperti biasa, setiap pagi saya harus sarapan berita. Setiap pagi saya biasa membaca berita di koran. Selalu saja banyak berita yang membuat pikiran dan hati teriris. Masalah demi masalah yang memilukan nurani seakan tak pernah ada habisnya. Bukan semakin sedikit, malah semakin banyak dan mewabah. Na'uzubillah. Terutama berita tentang masih banyaknya tenaga kerja perempuan di luar negeri yang mengalami kekerasan.
 
Para pekerja perempuan di luar negeri itu umumnya menjadi pembantu rumah tangga. Dengan segala keterbatasan, mereka berani mempertaruhkan nyawanya sekali pun. Kalau bukan karena keluarga di tanah air, buat apa mereka memberanikan diri bekerja ke luar negeri. Sering kali karena kondisi ekonomi, para perempuan di desa-desa harus mengalah dan memilih untuk bekerja ke luar negeri. Dengan harapan kehidupannya akan lebih baik.
Kekerasan terhadap Tenaga Kerja Perempuan di Luar Negeri
 
Tapi apa yang mereka dapat? Kekerasan demi kekerasan. Mereka disiksa, disiram air panas, dicekik, sampai dibunuh. Sungguh, perjuangan dan perngorbanan yang amat mulia dari seorang perempuan, seorang Ibu. Kita juga pasti bertanya-tanya, di mana proteksi dari pemerintah? Seolah masyarakat kita selalu gampang diperlakukan keji oleh masyarakat negara lain. Tiap kali tersiar kabar berita tentang ini, kita selalu berada di pihak yang salah. Alih-alih membela, hukumannya malah tambah parah. Lah.
 
Sebetulnya tidak ada yang melarang, jika seorang perempuan memilih bekerja di luar negeri. Tentunya dengan persiapan yang matang; kemampuan berbahasa dan mendaftar di agen penyaluran tenaga kerja luar negeri yang diakui pemerintah. Yang ada dan sering kita lihat, para perempuan yang berangkat ke sana, kemampuan bahasanya minim dan mendaftar di lembaga penyaluran tenaga kerja yang ilegal. Akhirnya, kekerasan demi kekerasan yang dialami tak dapat dipertanggungjawabkan.
 
Teman-teman yang punya saudara, sahabat, atau tetangga yang sedang atau ingin bekerja di luar negeri, tolong diingatkan dan diberi pencerahan. Agar sebelum berangkat bekerja ke luar negeri, segala keperluannya dipersiapkan dengan matang. Niatkan bekerja ke luar negeri untuk ibadah, minta restu orang tua, suami, anak, dan juga do'a dari para kiai atau ustadz demi keselamatan selama di sana. Biar pun sedang di negeri orang, ibadah dan sedekah harus tetap jalan. Komunikasi dengan pihak kedutaan besar RI dan keluarga di rumah juga harus diupayakan agar selalu terjalin dengan baik.
 
Penting juga memanfaatkan uang hasil bekerja di luar negeri untuk keperluan yang produktif, bukan konsumtif. Bersabarlah sebentar, jangan terburu nafsu duniawi. Kalau saya urun saran, uang hasil dari bekerja di luar negeri itu dipakai untuk usaha yang produktif. Usahanya apa saja yang penting sesuai dengan potensi. Hasil dari usaha itulah yang kemudian keuntungannya dibagi-bagi, untuk pengembangan usaha selanjutnya, investasi, asuransi, tabungan, dan lainnya.
 
Menjaga uang hasil bekerja di luar negeri ini begitu penting. Karena terlampau banyak, para suami yang tidak amanah pada istrinya yang capek bekerja di sana, sementara para suami berfoya-foya dengan uang hasil bekerja istrinya. Bahkan sering terjadi menikah lagi dengan perempuan muda. Anak-anaknya yang mesti dirawat dan dididik malah terlantar. Uang hasil bekerja di luar negeri yang dikirim secara berkala untuk keperluan biaya sekolah anak, tabungan, dan lainnya malah disalahgunakan oleh suaminya. Na'uzubillah.
 
Jadi, di sini para pekerja perempuan di luar negeri mendapat kekerasan bertubi-tubi. Diperlakukan keji oleh majikannya di sana, dikhianati oleh suaminya juga. Kekerasan fisik, mental, ekonomi, dan lainnya. Semoga ke depan, kasus-kasus semacam ini akan jarang terjadi. Para perempuan yang bekerja pun dapat menuntaskan pekerjaannya dengan baik, mendapatkan majikan yang baik, dan keluarga di tanah air juga dalam keadaan baik dan amanah. Aamiin.

0 Response to "Kekerasan terhadap Tenaga Kerja Perempuan di Luar Negeri"

Post a Comment