Mendidik Anak

INSPIRASI SHALIHAH - Anak merupakan amanah. Ia harus dijaga dan dirawat dengan baik oleh kita, orang tuanya. Karena bagaimana pun masa depan anak bergantung pada bagaimana orang tua mendidiknya. Jika pola didik orang tua baik, sejurus dengan itu masa depan anak pun akan baik. Tetapi memang bukan perkara mudah. Mendidik anak kelihatannya memang sederhana, tetapi nyatanya di kehidupan terlampau banyak orang tua yang dibikin kerepotan.
 
Ada anak yang sejak kecilnya baik, tetiba beranjak besar menjadi anak yang nakal. Pun sebaliknya, ada anak yang sejak kecil terlihat nakal, tetapi setelah beranjak besar, menjadi anak yang baik. Memang tidaklah bijak mengotak-ngotakan; ini anak baik dan itu anak nakal. Benar, perkembangan anak, begitu bergantung pada bagaimana orang tua bijak mendidik anak.
 
Saya jadi teringat pada sesosok Ibu yang begitu sabar dan lembut mendidik anak. Sebut saja Bu Nani namanya. Ibu yang setiap hari sibuk mengurusi rumah tangga, dan saat menjelang sore ia menerima pendidikan ngaji Al-Qur'an bagi anak-anak di sekitar tempat tinggalnya. Banyak yang setuju jika Bu Nani memang tipikal Ibu yang sabar dan lembut. Hal ini dibuktikannya setiap hari. Dari bagaimana ia berinteraksi dengan anak maupun tetangga sekitar.
 
Ia pun dikaruniai beberapa anak. Mereka tumbuh dengan baik dan bahagia. Yah namanya juga anak-anak, selalu saja sering terjadi momen-momen menegangkan; mulai dari rebutan mainan, jambak-jambakan, ledek-ledekan, kemudian menangis. Biasanya, para orang tua akan tersulut emosi dengan keadaan semacam itu. Orang tua akan marah-marah, membentak-bentak, dan sering melakukan kekerasan.
 
Hal itu, sungguh tak terjadi pada Bu Nani. Bagaimana pun gentingnya keadaan di rumahnya, ia senantiasa tampak tenang dan bersahaja. Menyikapi segala masalah dengan sabar dan penuh kelembutan. Tak pernah terlihat emosi, marah-marah, apalagi sampai melakukan kekerasan pada anak-anaknya. Ya, kalau anak-anaknya terlihat ribut, Bu Nani senantiasa melerai dengan penuh kasih sayang. Tak menyalah-nyalahkan atau mencari kambing hitam salah satu anak.
 
Pengalaman hidup tentang mendidik anak itu begitu saya rasakan ketika di pesantren. Mengurus dan mendidik para ratusan santri yang datang dari berbagai daerah, dengan karakter yang bermacam. Bayangkan aja, orang tua di rumah paling-paling mengurus dan mendidik anak kisaran 1 sampai (mungkin) paling banyak 10 anak. Tetapi di pesantren ada ratusan anak-anak. Bayangkan saudara-saudara! Hehe.
 
Saya, yang dianggap santri senior, atau yang lazim disebut pengurus pesantren, harus rela setiap hari mengawasi dan mendidik para santri. Sejak pukul 3.30 pagi, kami, para pengurus harus sudah siap berkeliling ke kamar-kamar para santri, membangunkan mereka satu per satu. Komplek pesantren kami cukup besar, kamarnya pun demikian banyak. Masya Allah, aktivitas membangunkan santri inilah yang juga setara dengan olah raga alami, berjalan kaki menyusuri kamar-kamar santri.
 
Kalau saja tidak sabar, pastilah jantungan. Ada santri yang gampang dibangunkan, ada juga santri yang susahnya minta ampun kalau dibangunkan. Ya, tidak cukup sekali dua kali membangunkan para santri. Begitulah namanya juga santri. Hehe. Ada yang tadinya sudah bangun, pas kami lengah sedikit, beranjak ke kamar santri lain, santri itu tidur lagi. Hehe. Huh, sungguh momen latihan mendidik anak yang mengharukan. Heuheu.
 
Begitulah seterusnya, setelah selesai membangunkan, kami, para pengurus mengarahkan para santri ke masjid untuk menunaikan shalat shubuh, kemudian ngaji kitab kuning, persiapan sekolah formal, siangnya madrasah pesantren, istirahat sejenak, shalat berjamaah maghrib, ngaji Al-Qur'an, bakda isya ngaji kitab kuning lagi, belajar bersama, baru kemudian tidur. Gambaran sederhana dari aktivitas pengurus pesantren dan santri di pesantren.
 
Makanya bersyukurlah para orang tua, para Ibu dan Bapak yang baik, beban kalian lebih ringan ketimbang para kiai dan pengurus pesantren yang harus mendidik anak sedemikian banyak. Mendidik anak memang perlu kesabaran, ketelitian, dan kelembutan. Hindari kata-kata kasar, membentak-bentak, marah, dan apalagi melakukan kekerasan. Yang tak kalah penting, tugas mendidik anak itu bukan cuma urusan istri (Ibu), melainkan juga suami (Ayah). Keduanya harus kompak dan bersama mendidik anak. Anak itu anugerah dari Allah karena kalian berdua, maka yang mendidik pun harus dilakukan berdua. Utamakan anak dari apapun, pekerjaan atau lainnya.
 
Semoga para Ibu dan Bapak sekalian dikaruniai anak yang saleh-salehah ya.

0 Response to "Mendidik Anak "

Post a Comment