INSPIRASI SHALIHAH - Apa? Kalau seorang perempuan telah menikah dengan seorang laki-laki yang belum punya wawasan (cara pandang) keseimbangan. Seorang laki-laki yang merasa paling berkuasa atas istrinya. Dia punya anggapan bahwa selamanya istri harus tunduk sama suami tanpa kecuali. Seorang suami yang merasa paling hebat hanya karena dia berjenis kelamin laki-laki.
Berat, benar-benar berat. Apalagi jika sang suami tampil sebagai sosok yang agamis. Sosok suami yang sedikit-sedikit dikaitkan dengan dalil agama yang kaku. Misalnya, sosok suami agamis yang kaku, akan melarang istrinya keluar rumah. Gampang banget larang ini, larang itu. Jangan lakukan ini, jangan lakukan itu. Termasuk misalnya, sang istri menunaikan puasa sunah, tetapi tanpa izin suami, maka harus dibatalkan. Berjejaring sosial di facebook, twitter, dan lain sejenisnya juga dilarang. Wah beneran, berat!
Hal ini benar terjadi. Sebut saja namanya Aisyah, seorang perempuan yang menikah dengan seorang laki-laki bernama Jamal (bukan nama sebenarnya). Jika kita menyaksikan sepasang suami istri ini nyaris akan setuju, sebagai pasangan suami istri yang ideal dan serasi. Seorang suami yang ganteng, bersanding dengan seorang istri yang cantik. Dikaruniai buah hati yang cerdas dan ceria. Harta juga berkecukupan, kendaraan, rumah, dan lain sebagainya.
Hanya itu tadi, Jamal menjelma menjadi seorang suami yang super protektif. Aisyah, istrinya, selalu diawasi gerak-geriknya. Padahal apa yang kurang dari Aisyah, ia seorang istri yang penurut dan pasrah. Tetapi itulah memang kenyataannya. Setiap keluar rumah, Aisyah selalu harus izin terlebih dahulu. Ia juga tidak diperkenankan bertemu dengan laki-laki siapapun. Nggak peduli dia saudara, sahabat, atau lainnya. Termasuk misalnya sedang dalam keadaan berbelanja di Mall, di saat yang bersamaan bertemu dengan sahabat, ia dilarang untuk menemui, apalagi ngobrol.
Tampilan suaminya memang agamis. Pakai baju rapi, dan tampilan rapi lainnya. Pikiran awam kita pasti bilang dia memang suami yang baik-baik. Tetapi nyatanya, sang suamilah yang justru mengkhianati rumah tangga yang sejak lama dibangun bersama Aisyah. Jamal dikedapatkan (maaf) berselingkuh. Siapa sangka? Tapi ini kenyataan dan benar terjadi. Singkat cerita, Aisyah dan Jamal akhirnya bercerai.
Saya menceritakan ini bukan dalam rangka men-generalisir bahwa semuanya para suami semuanya punya kelakuan demikian. Saya hanya ingin memberi contoh nyata bahwa menjalin rumah tangga bukan hal yang mudah. Terlebih lagi kalau sang suami selalu merasa paling unggul. Tapi saya masih yakin, kalau budaya patriarkhi masih begitu mewabah di masyarakat. Suami-suami model begini masih banyak jumlahnya.
Karena itu, bagi saya tantangan terberat buat seorang istri adalah bukan hal-hal lain, tetapi ternyata suami sendiri, suami yang keras kepala dan maunya menang sendiri. Sesusah-susahnya masalah ekonomi, ia bisa pinjam dan dicari. Tetapi soal suami, ini menyangkut mental, wawasan, dan cara pandang. Ini hal paling mendasar yang paling signifikan dalam membina rumah tangga.
Jika sudah demikian susah rasanya merasakan kebahagiaan. Sebab kebahagiaan dalam rumah tangga hanya bisa dicapai jika ada keseimbangan, antara suami dan istri, keduanya saling menghormati dan mengisi. Apalagi keikhlasan, entahlah keikhlasan seperti apa yang hendak dicapai, jika nyatanya hanya istri yang banyak menimpa kepahitan, sementara suami merasa leluasa dan tidak ada beban. Ikhlas itu jika bahagia. Bahagia itu dirasakan berdua, bukan oleh seorang pihak saja.

0 Response to "Tantangan Terberat Seorang Istri"
Post a Comment