INSPIRASI SHALIHAH - Menikah itu bukan untuk coba-coba. Karenanya, menikah butuh persiapan. Karena menikah menuntut seumur hidup, bukan seumur jagung. Selain butuh persiapan, menikah juga butuh komitmen yang terbuka dari kedua belah pihak; laki-laki dan perempuan. Menikah juga bukan karena kemauan orang tua, trend, ikut-ikutan, atau karena gengsi.
Bagi umat Muslim, menikah itu ibadah. Sebagai salah satu sarana untuk bisa mendekatkan diri dengan Allah. Karena Allah Mahasuci, ikatan pernikahan pun dianggap sebagai ikatan yang suci. Suci itu bebas dari segala noda dan dosa duniawi. Makanya kita menikah semata-mata karena keridhoan masing-masing pasangan.
Berkaitan dengan menikah dini, ini juga harus kita bahas dengan seksama. Karena yang indah itu menikah pada waktunya. Mungkin, sebagian orang akan menganggap bahwa menikah dini itu untuk menghindari zina dan perbuatan bebas lainnya. Mereka merasa risih karena semakin dewasa ini, pergaulan remaja dan pemuda semakin amburadul. Maka solusinya ya buruan menikah.
Bagi saya, menikah diri baiknya dihindari. Kenapa? Karena tadi, Islam mengutamakan menikah tepat pada waktunya. Jadi yang utama itu ketepatan, bukan kecepatan. Menikah itu demi kemaslahatan, bukan kemadharatan. Ingat menikah itu butuh banyak persiapan; siap fisik, siap mental, siap restu, dan siap biaya. Segala persiapan mesti dipastikan terpenuhi. Jika memang belum saatnya, teruslah dicari dan dilengkapi, jangan dipaksakan.
Jika masalahnya hanya karena takut terjerumus pada zina dan perbuatan bebas lainnya; para remaja dengan diiringi pendidikan dari orang tuanya, diarahkan pada segala aktivitas yang produktif. Misalnya, ketika ia disekolah, manfaatkan momen belajar di sekolah dengan baik mungkin, ikuti kegiatan ekskul jika bisa membagi waktunya. Bahkan sebuah hadits Nabi mengatakan; "Wahai para pemuda, barang siapa yang sudah mampu, hendaknya menikah, sebab menikah itu akan lebih menundukkan pandangan dan akan lebih menjaga kemaluan. Kalau belum mampu hendaknya berpuasa, sebab puasa akan menjadi perisai bagimu" (HR. Bukhari dan Muslim).
Nah, pergaulan bebas yang selama ini marak terjadi adalah karena para remaja tidak bisa memanfaatkan waktu mudanya dengan baik dan produktif. Termasuk juga kepedulian dan perhatian penuh dari orang tua. Ada banyak orang tua yang melepaskan pendidikan anak, untuk kemudian diserahkan kepada pembantu di rumah dan guru di sekolah. Apalagi jika orang tua sudah tidak segan memfasilitasi anak dengan segala barang elektornik mewah.
Akibatnya, perkembangan dan pertumbuhan rema tidak terkontrol. Maraklah kejadian para remaja hamil di luar menikah. Harus dipaksakan menikah dini (muda). Saat itulah beban berat sedang menimpa remaja. Ia sudah terpuruk karena hamil di luar nikah, putus sekolah, dan terpaksa mendidik anak dalam keadaan belum siap. Di situlah juga rawan terjadi perceraian pasangan muda.
Pernikahan itu butuh kesiapan mental; karena ia pasti akan menghadapi berbagai macam masalah dalam rumah tangga. Kalau tidak disikapi dengan dewasa maka rawan percekcokan dan perceraian. Nikah juga butuh kesiapan fisik, agar saat nanti perempuan melahirkan sang bayi bisa selamat dan ibunya sehat. Kalau kondisi tubuh lemah jangan bayinya, sang ibu juga ancamannya nyawa. Makanya Angka Kematian Ibu semakin tinggi, karena penyebabnya tidak siap fisik. Nikah juga butuh kesiapan biaya, baik suami maupun istri harus bersama banting tulang, bisa saling pengertian dan memaklumi jika kondisi keuangan sedang susah. Nah, menyikapi hal ini tidaklah mudah, butuh kesiapan-kesiapan yang harus dipertimbangkan dan diutamakan sebelum memutuskan menikah.

0 Response to "Apakah Boleh Menikah Dini?"
Post a Comment