INSPIRASI SHALIHAH - Entah sudah berapa banyak pertanyaan yang memberondong saya, mereka memberondong saya dengan pertanyaan gelisah, karena orang tua tak kunjung merestui hubungannya. Sudah saling cinta, yakin dengan cinta, tinggal satu lagi, restu orang tua. Memang, dalam menghalalkan cinta restu orang tua menempati urutan pertama.
Ingat, restu Allah ada pada restu orang tua, murka Allah ada pada murka orang tua. Jadi, saya mohon, teman-teman harus mengutamakan orang tua daripada siapapun. Karena bagaimana pun, jerih payah orang tua untuk kita, anaknya, tak kan pernah terbayar. Itu menandakan bahwa kasih sayang dan jerih payah orang tua begitu berharga dan mulia.
Sering kali, para orang tua tampak menjengkelkan di mata anaknya. Sepintas mata, orang tua sering bersebrangan pandangan dengan kita. Seolah-olah, orang tua itu tidak pernah setuju dengan apa yang kita usulkan. Tidak tahu apa yang kita mau. Bahkan kita sering menyangka, orang tua itu ketinggalan zaman dan kuno. Termasuk, saat kita hendak menyatakan maksud baik ingin menghalalkan cinta; meminang dan menikahi pasangan.
Inilah sesungguhnya, salah satu cara orang tua menguji keteguhan dan keseriusan anaknya. Apa betul, anaknya serius ingin menikah. Di sinilah sesungguhnya perjuangan dalam menghalalkan cinta sedang diuji. Orang tua, biasanya tampak 'sombong' dan 'jual mahal' pada calon (suami) laki-laki. Si laki-laki diuji, bener nggak dia laki-laki sejati.
Si laki-laki disuruh membuktikan dia menikahi putrinya; sudah punya uang berapa, sudah bekerja apa, bla bla bla, terus pasti akan diberondong dengan pertanyaan menusuk. Kalau si laki-laki bermental 'cemen', ya berakhir saat itu juga hubungannya. Tamat. Tetapi kalau pertanyaan menantang itu dijawab dengan tegas dan optimis, insya Allah 50% kemenangan sudah di tangan.
Jadi tidak usah takut kalau laki-laki diberondong pertanyaan menusuk oleh calon mertua. Calon mertua hanya sedang ingin memastikan bahwa calon menantunya ini laki-laki yang baik untuk anak perempuannya. Bahwa menikah itu bukan cuma modal keberanian. Jangan kamu, preman di pasar juga berani kalau cuma modal berani datang ke orang tua aja sih. Keberanian kita mesti diimbangi dengan kesiapan kita sejauh mana; siap biaya, siap usia, siap mental, dan siap jiwa. Karena menikah itu seumur hidup, bukan seumur jagung. Menikah itu ibarat sedang mempertaruhkan masa depan. Awalnya harus dijalani dengan baik, supaya proses dan hasilnya juga baik.
Tak kalah penting juga, calon (pengantin) perempuan jangan mudah putus asa. Sambil berdo'a, yakinkan calon suamimu itu agar terus berjuang, berjuang optimis menghalalkan cinta. Jangan jadi perempuan yang murahan, kalian adalah makhluk Allah yang mahal. Jangan gampangan, pake mau kawin lagi segala. Nggak usah, nggak mutu. Orang tua begitu ketat karena mereka sangat sayang padamu. Orang tua nggak mau masa depan anaknya menjadi suram jika nanti menikah.
Jadi, bagi kalian yang masih sedang berjuang dalam menghalalkan cinta, teruslah berikhtiar dan bero'a. Yakin bahwa hati masing-masing orang tua bisa luluh karena keberanian dan kesiapan kalian dalam menghalalkan cinta. Lagian, orang tua siapa yang tidak ingin melihat anaknya menikah bahagia. Jadi orang harus kreatif, gagal satu cara, cari cara lain. Minta bantuan pada siapapun, terutama bantuan dari Allah.
Terakhir, terus jangan berhenti belajar, bekerjalah segiat mungkin, beribadah-lah seistiqomah mungkin, insya Allah sesuatu yang kita nanti-nantikan, yakni datangnya restu orang tua, yakin akan datang tepat pada waktunya. Aamiin.

0 Response to "Jika Orang Tua Belum Restukan Cinta"
Post a Comment