INSPIRASI SHALIHAH - Beberapa hari kemarin, saya punya kesempatan ikut sebuah kajian Muslimah bersama salah seorang penulis dan artis perempuan; Peggy Melati Sukma (PMS). Acara digelar di masjid Nurul Ilmi, salah satu masjid kampus di Cirebon. Siapa-lah yang tidak kenal dengan Peggy, artis yang dulu terkenal lewat film 'Gerhana' dengan ciri khas 'cerewet'.
Menariknya, Peggy itu mantan artis yang pernah mengalami dunia 'hitam' keartisan. Ia juga bercerai dengan suaminya. Cobaan demi cobaan juga dialami silih berganti. Singkat cerita, karena kegelapan itulah, hidupnya mulai menemukan kejenuhan dan kegersangan. Ia ingin mencari kekuatan sejati yang ia tinggalkan selama ini. Dulu, shalat lima waktu, puasa ramadhan, dan apalagi amalan-amalan sunah sering kali ditinggalkan. Mungkin inilah yang disebut salah satu bagian dari hidayah Allah. Peggy berubah menjadi sosok yang lebih Muslimah.
Ada pemandangan yang cukup mengagetkan, manakala saya melihat langsung, untuk pertama kalinya, bagaimana cara para Hijabers memakai busana. Memang mereka berubusa panjang dan lebar terurai. Saya mengapresiasi niat awal baiknya, yang ingin menjadi lebih baik dengan berhijab. Tetapi memang ada beberapa hal yang perlu saya koreksi mengenai cara mereka berbusana.
Maaf beribu maaf. Para hijabers berbusana dengan bahan pakaian yang tipis dan transparan. Bahkan masih ada yang berbusana ketat. Para hijabers juga tampak berlebihan, busana yang mereka pakai sampai terinjak-injak kaki, karena memang begitu panjang, terseret-seret. Apalagi jika melihat dandanannya. Kosmetik yang dipakai terlalu mencolok.
Kenapa saya koreksi sedemikian komplit, karena para Hijabers meyakini apa yang dipakainya sebagai pakaian yang syar'i. Saya ragu, makanya saya menulis ini, untuk memberikan koreksi. Mana bisa disebut syar'i kalau busana yang dipakai tipis, transparan, ketat, terinjak-injak pula, berkosmetik mencolok, dan lainnya. Ini jelas berlebihan. Dan Islam tidak menuntun pada hal-hal yang berlebihan.
Islam suka kesederhanaan. Kesederhaan itu ditunjukkan oleh sifat dan sikapnya dalam berbusana dan berbuat dalam kehidupan sehari-hari. Kesederhanaan berbusa ditunjukkan oleh beberapa ciri; bahan pakaian tidak tipis-transparan, tidak ketat, tidak pakai kosmetik berlebihan, jangan sampai terinjak-injak, dan jangan pakai kosmetik yang mencolok. Biasa aja dan sederhana.
Kemuliaan niat untuk berhijab jangan sampai dinodai dengan hal-hal yang justru mengurangi kemuliaan hijab itu sendiri. Para Muslimah berhijab semata-mata karena kesadaran dan kebutuhan, bukan karena ikut-ikutan, tren, dan apalagi karena paksaan. Berhijab seharusnya membuat pribadi Muslimah menjadi lebih berhati-hati. Saya melihat betul, bagaimana 'wah-nya para Hijabers ketika berbusana. Banyak membuat orang terbelalak karena kemewahannya.
Koreksi ini, saya niatkan dalam rangka saling menasehati dalam kebaikan. Bukan untuk menyalah-nyalahkan, dan menang sendiri. Begitulah, mudah-mudahan temuan semacam ini bisa menjadi bahan renungan buat kita, untuk saling melengkapi dan mengingatkan. Sebetulnya saya apresiatif kepada teman-teman perempuan yang punya niat baik menutup aurat dengan hijab. Cuma memang faktanya berat. Hijab hanya dijadikan tren, ikut-ikutan, bahkan banyak yang dipaksakan. Yang jelas, apapun yang berlebihan harus dihindari. Kita do'akan mudah-mudahan para Muslimah bisa amanah dan makin baik dengan jilbabnya. Mungkin ini bagian dari proses. Aamiin.

0 Response to "Yang Perlu Saya Koreksi dari Hijabers"
Post a Comment