Kenapa Pacaran Dilarang?

INSPIRASI SHALIHAH - Seminggu ini publik kita sedang diresahkan dengan kabar tentang 'pacaran' yang menyusup ke dalam buku mata pelajaran Olahraga, produk kurikulum 2013. Benar saja, muatan materi tentang pacaran menggegerkan jagat pendidikan. Apalagi muatan materi itu memakai istilah pacaran sehat, disertai dengan gambar (ilustrasi) dua remaja laki-laki berpeci dan perempuan yang berjilbab. Publik marah, ini pelecehan!
 
Memang, saya juga tidak sependapat dengan budaya pacaran. Sejak dulu hingga sekarang, saya belum pernah menemukan kebaikan dalam pacaran. Karena yang ada, pacaran itu menjerumuskan. Remaja dan pemuda yang tadinya baik bisa menjadi buruk, yang tadinya rajin bisa menjadi malas, yang tadinya berprestasi malah anjlok.
 
Ditinjau dari sisi mana pun pacaran tidak sehat. Psikologi, sosial, hukum, kesehatan reproduksi, dan apalagi agama. Sama sekali tidak sehat. Memang, masa-masa pacaran akan selalu tampak menyenangkan dan memotivasi pelakunya. Malah, mungkin sebagian orang tua merasa bangga jika anaknya punya pacar. Tapi percayalah hal yang menyenangkan dan memotivasi itu tak akan berlangsung lama.
 
Saya sedikit memahami, apa yang dimaksud dengan materi 'pacaran' pada buku pelajaran Olahraga. Ingin memberikan wawasan sebuah pergaulan remaja dan pemuda yang sehat. Pergaulan yang baik, saling menghargai, dan tidak terdapat kekerasan. Pergaulan di antara remaja dan pemuda yang berlangsung kondusif dan prestatif. Mereka bisa aling memotivasi dan melengkapi. Hal ini memang penting di tengah pergaulan remaja dan pemuda yang acak-acakan.
 
Tetapi sekali lagi, istilah pacaran memang tidak tepat, akan banyak menyulut amarah. Kita, yang memahami, tidak usah marah. Mari kita sikapi dengan bijak. Berikan pengertian dengan penuh kasih sayang kepada pelajar tentang muatan materi itu. Sambil melakukan upaya kritik kepada pemerintah atas muatan materi itu. Jika belum ada sikap dari pemerintah, bukan berarti buku mata pelajaran itu harus dilenyapkan atau dibakar. Tetap berikan pendidikan yang terbaik untuk para pelajar. Namun, kalau ternyata ada kebijakan untuk menarik buku tersebut, kita ikuti, dan fokus terhadap para pelajar tetap yang utama.
 
Masalah budaya pacaran yang menjamur di kalangan pacaran, tidak bisa diatasi hanya karena melenyapkan buku materi pelajaran tersebut. Para guru dan orang tua harus kompak memberikan perhatian dan kasih sayang. Bukan larangan-larangan keras dan amarah. Ingat para pelajar itu sedang sangat butuh perhatian dan bimbingan. Nasib mereka sedang dipertaruhkan di masa remaja ini.
 
Berikan mereka pengertian dan pemahaman bahwa pacaran memang merugikan. Dengan cara-cara yang baik, penuh perhatian, dan empati. Karena kalau tidak hati-hati, semakin dilarang, para pelajar bukan malah menghindari, malah bikin mereka penasaran. Bahwa menumpahkan rasa kasih sayang para remaja itu tidak melulu harus melalui pacaran. Tetapi juga bisa dengan bersahabat. Makanya, guru dan orang tua harus pandai menjadi sahabat para remaja/pelajar, untuk bisa menjadi sahabat curhat mereka di saat mereka galau.
 
Berikan impian-impian besar untuk masa depan para remaja dan pelajar. Tidak ada satu pun orang yang sukses karena pacaran. Sukses hanya bisa digapai oleh orang yang rajin belajar, berbuat baik pada sesama, dan berbakti pada orang tua. Pacaran dilarang karena memang menimbulkan kegelisahan, konflik, dan berujung pada kekerasan. Kekerasan bentuknya tidak cuma fisik, melainkan juga psikis, ekonomi, dll. Kekerasan ekonomi misalnya memalak alias morotin pacarnya untuk terus mentraktir. Kekerasan psikis, misalnya memarahi, membentak, dll. Apalagi kekerasan fisik; memukul, menendang, dan lainnya.
 
Yang paling membahayakan, pacaran yang acak-acakan menjadi penyebab utama, para remaja malas membaca, menulis, dan kajian ilmiah. Kreativitas dan produktivitas mereka ciut, karena pikiran dan hatinya dihabiskan hanya untuk memikirkan persoalan cinta yang semu dan menipu. Akhirnya juga, pacaran menghapuskan impian dan masa depan. Berapa banyak para remaja yang terpaksa nikah dini, hamil duluan, melahirkan, dan mengasuh anak, hingga rumah tangganya hancur berantakan karena belum ada kesiapan membina rumah tangga. Na'uzubillah.

0 Response to "Kenapa Pacaran Dilarang?"

Post a Comment