INSPIRASI SHALIHAH - Nikah itu sunah Rasul. Bukan hanya bernilai duniawi, tetapi juga ukhrawi. Nikah itu mulia. Makanya jangan coba-coba menodai kemuliaan menikah. Nikah itu sederhana, tidak usah pakai ribet, cukup siap mental, biaya, restu orang tua. Nikah itu kebahagiaan, menyambutnya dengan ceria bukan dengan duka dan paksaan.
Tadi siang saya berbincang dengan salah seorang teman. Dia bercerita pengalamannya saat dulu menjalani lika-liku menikah. Sebut saja Andi, dia pemuda yang awalnya 'bergajulan', bergaul dengan banyak preman, rambutnya gondrong, dan hidup gelandangan.
Di tengah kegersangan hidup seperti itu, hati kecil Andi berbicara, bahwa dia ingin berubah menjadi lebih baik. Usianya kian bertambah, dan dia sadar harus segera menikah. Perlahan tapi pasti, dia mulai berubah, sedikit-sedikit ingin menjalani hidup penuh berkah.
Andi mulai meninggalkan masa kelamnya. Dia juga meninggalkan pekerjaan yang sering membuat dia curang dan tidak amanah. Dia bingung dan tak punya arah. Ketakutan demi ketakutan menggelayuti pikiran dan hatinya. Takut kalau sudah tidak ada orang yang peduli, takut Tuhan juga murka padanya.
Dia mulai rajin melaksanakan shalat lima waktu. Dalam sujudnya dia selalu berdo'a semoga senantiasa diberikan hidayah dan jalan terang. Termasuk memohon restu kepada-Nya agar dia disegerakan menikah. Pekerjaan lama yang ditinggalkan, Allah ganti dengan pekerjaann baru melalui perantara seorang teman lama. Meskipun penghasilannya tak sebesar dulu, dia merasa bersyukur karena rezeki yang didapat halal.
Keinginan untuk menikah semakin bulat. Bukan suatu hal yang sulit bagi Andi untuk mendapatkan model perempuan seperti apa yang dia inginkan. Apalagi kalau bukan karena pengalaman pergaulannya selama ini. Perempuan cantik terlampau banyak. Tetapi Andi ingin dipertemukan dengan jodoh yang salehah. Siang malam dia selalu berdo'a, dan terus memperbaiki kualitas dirinya.
Singkatnya, Allah pertemukan dia dengan sosok perempuan bernama Rina (samaran). Rina, bagi Andi, adalah sosok perempuan yang diidamkan. Tapi rintangan malah menghadang. Dia tidak punya biaya untuk menikah. Saat dia mengutarakan niat baik kepada calon mertuanya, dia sempat ditantang supaya tidak cuma pakai modal berani, tetapi harus bertanggungjawab bisa menghidupi.
Untuk keseriusan hubungan, Andi meminang Rina atas izin kedua orang tuanya. Sederhana prosesnya. Andi hanya punya uang 200.000 (dua ratus ribu), dan uang itu dibelikan sepasang cincin tembaga yang dipatri. Katanya, itu sebagai tanda pengikat. Rintangan buat Andi tidak cukup hanya di situ. Andi ditantang untuk cepat menikahi Rina. Dia diberi waktu tiga bulan, untuk berikhtiar.
Sehari-hari selama tiga bulan itu, hatinya gelisah, batinnya menjerit. Takut kalau sampai pernikahannya gagal. Sang calon istri, malah sempat mengajak untuk 'kawin lari', tapi Andi menolaknya. Nikah itu kebaikan, maka caranya juga harus pakai kebaikan. Subhanallah, ada saja jalan terang dari Allah. Andi mendapatkan banyak orderan. Nilainya fantastis. Dan dia yakin inilah jawaban do'a-do'a dan ikhtiarnya selama ini. Andi dan Rina pun akhirnya menikah. Alhamdulillah.
Begitulah, nikah itu sederhana, tidak usah dibuat susah. Biaya yang kita keluarkan untuk menikah, semata-mata bukan karena gengsi, pamer kekayaan dan ingin dipuji banyak tamu undangan. Akad dan resepsi nikah itu singkat, prosesnya yang berat. Makanya, jangan nodai nikah dengan gengsi, pamer, dan bermewah-mewah.
Saya berdo'a, semoga yang belum menikah, bisa menikah tepat pada waktunya. Yang sudah menikah, semoga biduk rumah tangganya semakin bahagia dan berkah.

0 Response to "Nikah dengan Sederhana"
Post a Comment