Saling Amanah

INSPIRASI SHALIHAH - Allahu Akbar Allahu Akbar Allahu Akbar Laailaaha IllaLlahu Allahu Akbar Allahu Akbar Walillaahil hamd. Alhamdulillah, tadi pagi kita telah menunaikan shalat Idul Adha berjamaah. Seusainya kita menikmati prosesi penyembelihan hewan kurban. Yang paling ditunggu-tunggu adalah nyatenya. Hehe. Puji syukur kepada Allah, shalwat salam kepada Nabi Muhammad Saw.
 
Di tengah kegembiraan mengkhidmati Hari Raya Idul Adha, selalu saja ada kesan yang berharga. Begitulah kalau hari-hari yang kita jalani disyukuri, apapun terasa indah dan membahagiakan. Pengalaman demi pengalaman, kesan demi kesan, kejadian demi kejadian selalu menyimpan sejuta pelajaran. Sejuta pelajaran itulah yang insya Allah akan mendewasakan. 
 
 
Tepat tadi sore, di tengah sibuknya memotong-motong hewan qurban. Ada tiga orang yang memisahkan diri. Saya dan dua orang lainnya. Di tengah asyiknya ngipasin sate, saya terlibat ngobrol dengan dua orang teman baru saya itu. Keduanya, secara bergiliran menceritakan pengalaman hidup berumah tangga; menjalin kehidupan suami-istri.
 
Saya memancing keduanya dengan pertanyaan ini; Mas, bukannya kalau sudah suami-istri kerjaannya ribut terus ya? Dari hasil obrolan hangat sore tadi itu keduanya bilang, memang iya mengakui, bahwa selama membiduk rumah tangga, hampir selalu ada momen ribut. Silang pendapatlah, dan katanya, terutama silang pendapatan. Hehe.
 
Alhamdulillah, dua teman baru saya ini dianugerahi nuansa rumah tangga yang adem dan damai. Ketegangan dan ribut memang acap kali ada, tapi mereka selalu bisa meredamnya. Mereka bilang, ribut di rumah tangga dianggap 'bumbu', supaya jalinan rumah tangganya lebih mantap dan gurih. Ia banyak berbagi pengalaman, betapa berat dan nikmatnya menjalin hidup rumah tangga dimulai dari nol, dimulai dari kesederhanaan. Mereka harus melawan rasa gengsi dan malu, untuk bisa cari biaya hidup. Jualan ke sana-kemari, sementara suaminya berjualan menetap di pinggir jalan, istrinya berjualan berkeliling ke pelosok rumah warga.
 
Salah satu teman saya bercerita mengenai pengalaman keluarga salah seorang tetangga. Dia bilang, pada awalnya sempat kaget dan tak percaya. Mana bisa, seorang suami yang dikenal ulet, bekerja pagi-pagi sekali, pulang sore, dilanjut bekerja lagi, hanya demi menghidupi istri dan putra-putri kesayangannya. Suatu waktu, katanya, sang istri ingin sekali dibelikan sepeda motor, ia terus merengek-rengek agar cepat dibelikan.
 
Betapa sayangnya sang suami kepada istri, ia gigih mengumpulkan rupiah, dengan harapan keinginan istrinya segera bisa diwujudkan. Alhamdulillah, memang ada seorang temannya yang menawari sepeda motor dengan harga lebih murah. Tak pikir panjang ia setuju, lalu membelinya, sang istri pun senang. Begitulah seterusnya. Tetapi entah kenapa, bertahun-tahun menjalin rumah tangga, segala keinginan istri dan keluarga bisa dipenuhi semua, tapi kenapa sang istri malah mendua?
 
Na'uzubillah. Ternyata memang benar. Si istri terbukti berselingkuh dengan lelaki lain, yang dulu pernah menjadi pacarnya zaman sekolah. Ia berselingkuh dari Hand Phone yang ia punya. Tidak begitu tahu apa penyebab utama mengapa kemudian si istri berselingkuh. Cerita nyata ini, bukan sesuatu hal yang tidak mungkin, bisa terjadi di orang-orang terdekat kita. Ini merupakan salah satu tantangan terberat bagi sepasang suami istri. Potensi selingkuh memang bisa menjangkit kepada siapa saja; suami maupun istri. Apa yang sudah terjadi jangan disesali, lebih baik saling koreksi diri, jangan kedepankan nafsu sendiri. Ingat orang tua dan putra-putri. Bagaimana seharusnya? Bermusyawarahlah baik-baik, rujuklah baik-baik.
 
Selain itu, kuncinya saling amanah. Percaya kepada masing-masing pasangan. Hati-hati boleh tapi jangan curiga (su'udhon). Ada apa pun masalah, segeralah diselesaikan dengan musyawarah. Tidak boleh ada yang ditutup-tutupi, apalagi dirahasiakan. Keduanya haru sama-sama terbuka. Jangan sampai ada anggapan 'menderita lebih baik karena mengalah'. Sehari dua hari mungkin bisa bertahan, tapi kalau sudah sekian lama menderita dan mengalah, siapa yang akan tahan. Tidak ada masalah, jika misalnya kondisi suami-istri berjarak berjauhan, yang penting saling amanah, jalin komunikasi, dan saling mendo'akan. Insya Allah.
 
Dan yang penting juga, cerita ini bisa kita petik hikmahnya bahwa kita harus senantiasa mengingat kembali, meluruskan niat lagi, memperbarui sikap kita kembali, bahwa ikrar nikah yang dulu diucapkan di depan ke dua orang tua dan khalayak, bukan semata-mata ikrar ritual (simbol). Tetapi ikrar suci, sepanjang hidup, untuk menjalani rumah tangga dengan apapun resikonya. Memahami bahwa di setiap rumah tangga pasti ada saja masalah yang mendera. Tetapi ingat, justru dengan datangnya masalah, jalinan rumah tangga selalu dinamis, kreatif, dan membahagiakan. Masing-masing pasangan dituntut kreatif dan sabar. Dan yang paling penting selalu berusaha dekat dengan Allah, segala ibadah wajib dan sunah harus selalu ditunaikan.

0 Response to "Saling Amanah"

Post a Comment