Membanding-bandingkan

Menjalin kehidupan rumah tangga memang harus serius dan hati-hati. Bisa-bisa hanya karena masalah sepele pun akan bisa hancur berantakan. Pandai-pandailah mengelola rumah tangga. Semakin hari pasti akan semakin menghadapi masalah bertubi-tubi. Mengingat juga suami dan istri punya kelebihan serta kekurangan masing-masing, pandai-pandai jugalah mengelolanya.
 
Masalah yang kemudian berujung pada konflik rumah tangga, salah satunya bisa terjadi karena selalu mengungkit celah-celah kekurangan masing-masing pasangan. Yang sering kali terjadi, suami akan membanding-bandingkan kualitas kehidupan Ibu kandungnya dengan istri. Biasanya, suami akan merendahkan seorang istri; "Kok kamu nggak kaya Ibu saya di rumah?" Kalau Ibu saya di rumah rajinlah, perhatianlah, inilah, itulah, dst.
Membanding-bandingkan
 
Akhirnya sang istri merasa kesal dan kecewa, karena merasa dirinya tak berharga. Aktivitas dan segala usaha memberikan yang terbaik untuk keluarga selama ini serasa tidak ada guna. Sia-sia belaka. Nah, di sinilah, mulai kobaran-kobaran api pertengkaran terus membara. Tidak cuma sehari dua hari, konflik ini akan terus berlangsung, kalau suami dan istri tidak mau ada yang bersikap dewasa, hanya mengedepankan egonya masing-masing.
 
Di saat inilah ikrar pernikahan dan komitmen suami-istri sedang diuji. Seharusnya, seorang suami tidak terlalu berlebihan membanding-bandingkan kualitas pribadi istri dengan Ibu-nya. Bagaimana pun seorang istri dan Ibu itu pendamping terbaik kita. Tetap, dari keduanya melekat kelebihan dan kekurangan. Ada baiknya, jika suami kurang berkenan dengan dengan kepribadian istri, sampaikanlah keluhan itu dengan cara-cara yang baik, jangan emosi, dan jangan sampai menyinggung. Apalagi sambil marah.
 
Demikian juga seorang istri, menjadilah istri yang mau menerima masukan suami. Saya selalu bilang, menjadilah pribadi yang selalu terus belajar, belajar untuk menjadi lebih baik. Termasuk belajar meminimalisir kekurangan diri. Nggak ada salahnya toh belajar dari Ibu mertua, belajar menjadi kualitas yang baik. Malah hal ini bisa jadi ajang silaturahim. Bisa jadi salah satu ikhtiar memesrakan hubungan menantu dan mertua. Bener nggak?
 
Walhasil, apa-apa yang terjadi di rumah tangga, coba diungkapkan dengan jujur, dijelaskan dengan cara-cara yang baik. Nggak boleh dipendam, nggak boleh dibiarkan. Kalau ada kebaikan, segera saling kasih pujian. Kalau ada kekurangan, segera saling mengisi. Beneran, tidak ada di dunia seorang suami maupun istri yang lahir dan berumahtangga dalam kondisi dan kepribadian yang sempurna. Selalu adaaa saja kekurangan dan kelebihannya.
 
Kasus ini, kasus 'membanding-bandingkan' ini, kalau disikapi dengan bijak dan positif justru akan membuahkan kebaikan yang luar biasa. Jauhkan pikiran dan hati dari segala perasangka dan perbuatan buruk. Masa tega sih berburuk sangka kepada suami atau istri? Yang ada juga harusnya saling menjaga, saling melindungi, saling mencintai. Jangan cuma puas buat memenuhi nafsu sendiri lah, sementara nasib anak-anak dan keluarga besarnya jadi tergadaikan.

0 Response to "Membanding-bandingkan"

Post a Comment