Kodrat Perempuan

INSPIRASI SHALIHAH - Tema ini harus saya bahas karena sering disalahpahami oleh banyak orang; laki-laki dan perempuan. Pembahasan mengenai kodrat perempuan. Apa itu kodrat? Baik, untuk sekedar mengawali pembahasan ini saya ingin kutip pandangan Ibu Shinta Nuriyah Wahid, istri dari al-Maghfurlah KH. Abdurrahman Wahid. Beliau mengatakan bahwa kodrat perempuan itu cuma ada 5 (lima) yakni menstruasi, mengandung, melahirkan, menyusui, dan menopause.
 
Saya juga sependapat dengan Ibu Sh...inta. Kodrat itu satu pemberian langsung dari Allah yang sifatnya fisik-biologis dan tidak dapat dipertukarkan. Kita harus memahami ini dulu sebelum lebih lanjut sibuk urusan dalam rumah tangga. Ini penting buat kita yang belum, hendak, dan sudah menikah.
Kodrat Perempuan
 
Dengan pemahaman seperti ini maka urusan rumah tangga bukan menjadi kodrat perempuan. Mudah saja, sebagai acuan, kodrat perempuan cuma ada pada lima hal yang tadi disampaikan di atas. Sekali lagi ini penting kita sebarkan ke tengah-tengah masyarakat, mulai dari diri kita sendiri dan keluarga.
 
Supaya lebih yakin, mari kita buka sejarah lampau Islam, terutama kehidupan rumah tangga Nabi Muhammad Saw. Nabi adalah sosok laki-laki dan suami yang berhati perempuan. Ia tidak gengsi membantu dan mengerjakan segala aktivitas rumah tangga. Nabi tidak gengsi menjahit bajunya yang robek, ia juga memerah susu sendiri, dan menambal sandal yang putus, dan lain sebagainya.
 
Makanya, sebelum atau sesudah menikah perempuan tetap punya kesempatan yang sama. Sama-sama punya kesempatan untuk tidak hanya berdiam diri di rumah urus rumah tangga. Sebab, urusan rumah tangga itu menjadi urusan laki-laki dan perempuan; suami dan istri. Termasuk mendidik dan mengasuh anak, menjadi tugas keduanya.
 
Jadi jika selama ini, mendidik, mengasuh, melayani, mengerjakan urusan rumah tangga dlsj selalu dianggap sebagai kodrat perempuan, kali ini harus kita ubah dan tegaskan, bahwa itu bukan. Bukan kodrat perempuan. Tetapi memang harus saya akui jika belajar mengurus rumah tangga bagi laki-laki/suami bukanlah hal yang mudah. Harus dimulai secara bertahap dan perlahan. Begitu juga perempuan/istri, ketentuan ini bukan untuk dijadikan aji mumpung. Dijadikan kesempatan supaya perempuan/istri menolak mengurus rumah tangga lagi. Bukan, bukan begitu.
 
Prinsipnya tetap, perempuan dan laki-laki; suami dan istri harus saling melengkapi dan memahami. Juga bukan untuk mengelak dan menolak hubungan ideal semacam ini. Sebab, ada banyak teman-teman yang belum apa-apa sudah menolak duluan. Belum dipraktikkan malah ngeluh duluan. Ini terlihat memang sangat ideal, tetapi sesuatu yang ideal bukan untuk dihindari, tetapi untuk dipelajari dan dipraktikkan, supaya paling tidak kita bisa mendekati ideal, yakni memahami dan menjalani hubungan yang sesuai dengan tuntunan Islam.

0 Response to "Kodrat Perempuan"

Post a Comment