Ketika Poligami Terlanjur Terjadi

INSPIRASI SHALIHAH - Sejak dulu saya tidak suka dengan poligami. Apalagi dengan praktiknya. Siapapun, nggak pandang dia ustadz, kiai, guru, saudara sekalipun saya menolak poligami. Yang saya tolak poligaminya, tapi untuk bersikap hormat, berlaku baik, ini tetap berlaku kepada siapa saja. Ya, ini harus jadi perhatian, kita boleh benci pada sifat dan sikap seseorang, tapi tidak pada orangnya.
 
Mengenai poligami, yang selalu dijadikan rujukan adalah Nabi. Katanya, Nabi juga poligami, makanya umatnya ikut meneladani. Betul, memang, Nabi berpoligami, tapi alasan Nabi berpoligami tidak seperti kita kebanyakan. Nabi melakukan poligami karena niatnya berdakwah, karena Islam masih jadi minoritas, Nabi berpoligami karena niatnya menolong yang lemah. Hampir semua istri Nabi yang dipoligami dalam keadaan sudah tua. Niat Nabi berpoligami adalah mengangkat harkat perempuan-perempuan yang lemah. Lagian juga, masa monogami Nabi bersama Siti Khadijah, jauh lebih lama dari pada masa poligami. Nabi juga pernah mengancam sahabat Ali jika dia berani menduakan Siti Fatimah. Mengancam untuk tetap bersatu dengan Siti Fatimah atau pisah. Akhirnya sahabat Ali menjadi suami yang setia.
Ketika Poligami Terlanjur Terjadi
 
Salah seorang teman perempuan menceritakan kisah rumah tangganya. Ia mengaku salah karena mau saja dijadikan istri kedua. Ia merasa rela dipoligami. Padahal ia sudah tahu, suaminya itu sudah punya istri dan anak. Tetapi mungkin itulah yang dinamakan khilaf. Pertemuan dengan suaminya kini, berawal dari facebook. Awalnya ia sedang dalam keadaan terpuruk, di saat yang sama ada seorang laki-laki yang mampu membahagiakan, dapat meringankan beban masalah.
 
Hari berjalan, sampai juga maksudnya untuk menikah. Si laki-laki mengutarakan ingin menikahinya, meskipun ia tahu kalau calon suaminya sudah punya istri dan anak. Mata dan hatinya gelap. Seakan ia tidak peduli akan masa depannya nanti. Status si laki-laki pun disembunyikan dari orang tua si perempuan. Walhasil, orang tuanya tidak tahu, kalau menantunya itu ternyata sudah menikah dan beristrikan orang lain.
 
Belakangan, ia mulai gelisah dan kecewa. Karena suami yang dulunya begitu perhatian, kini mulai tidak peduli dan apalagi mau menafkahi. Padahal dulu di awal-awal kenal dan menikah, jarak jauh pun tak ada masalah. Tapi namanya juga manusia, pasti ada lelah dan bosannya. Sang suami kini mulai jarang memberi kabar, anaknya yang baru lahir pun tak diurus. Sang istri hingga kini hanya mengurus dan membiayai seorang diri.
 
Saya ingin katakan, bahwa nikah itu ikatan suci sepanjang hayat. Nikah itu kebahagiaan. Nikah tidak boleh didasari atas cinta buta dan kebohongan. Nikah yang dilandasi cinta buta dan kebohongan hanya akan membuat pelakunya tersiksa dan menderita. Apalagi sampai masing-masing kedua orang tua tak tahu menahu.
 
Akhirnya saya hanya ingin rembuk saran. Semoga dengan kejadian nyata ini bisa dijadikan pelajaran. Pertama, sadarilah bahwa kitalah yang salah telah mendurhakai Allah. Poligami itu akan membawa madharat. Secinta apapun kalian, kalau ujungnya poligami, lebih baik diurungkan, karena itu semu dan hanya akan membawa kehancuran. Kedua, bertaubat dan memohonlah petunjuk kepada Allah, melalui istiqomah beribadah wajib dan sunah. Dirikan shalat sunah taubat dan istikharah. Perkuat dengan sedekah. Ketiga, bersikaplah jujur dan terbuka kepada masing-masing suami-istri dan masing-masing orang tua, tentang kejadian yang sebenarnya.
 
Keempat, bicaralah baik-baik dengan semua pihak, suami-istri, istri pertama, masing-masing orang tua. Pahami dengan benar, jangan saling menyalahkan dan cari kambing hitam. Bersikaplah dewasa, akuilah ini kesalahan semuanya, sebagai peringatan dan petunjuk dari Allah. Selalu berhusnuzhon kepada siapapun dan terutama kepada Allah. Jika suatu saat nanti musyawarah telah dilakukan, buat kesepakatan yang bisa melegakan. Misalkan keputusannya rela untuk dipoligami, silakan jalankan dengan baik, anggap saja ini sebagai musibah yang akan berujung hikmah. Suami harus adil; waktu dan materi. Kalau misalkan, memilih berpisah, hendaknya dijalani dengan ikhlas. Ambil hikmahnya, dan menjadilah istri yang mandiri. Makanya menjadi istri yang tidak bergantung pada suami. Istri harus mandiri, bekerja sendiri bukan untuk menyaingi suami tapi justru sebagai bentuk rasa syukur atas nikmat Allah dan memperkuat keadaan ekonomi.
 
Nah, bagi yang sampai hari ini belum menikah, ambil hikmah, bahwa tidak ada kebaikan dari poligami. Jemput jodoh, pilih suami yang punya komitmen untuk tidak poligami. Bagi yang sudah bersuami-istri, ini juga tantangan berat untuk terus menjalin rumah tangga yang setia sampai nanti mati. Setia untuk tidak poligami. Karena banyak alasan seorang laki-laki berpoligami. Selain yang sudah saya sebutkan di atas, alasannya biasanya begini; daripada berzina mending poligami! Wah kacau! Bagi saya poligami dan apalagi berzina sama-sama membahayakan. Wallahua'lam.

0 Response to "Ketika Poligami Terlanjur Terjadi"

Post a Comment