Tentang Kasus Marshanda

INSPIRASI SHALIHAH - Dulu, ketika SD, film (tepatnya sinetron) Bidadari adalah kesukaan saya. Selain karena Marshanda, juga karena ada si Bom-bom yang jail. Ya, menyenangkan saja rasanya ketika menonton film ini. Masih saya ingat sekali, karena film itu saya bisa belajar tentang kebaikan dan keburukan.
 
Entah sudah berapa tahun film itu berlalu. Kini, Masrshanda sudah dewasa, sudah punya suami (meskipun bercerai) dan seorang putri. Saya termasuk salah satu orang yang kaget... karena pemberitaan itu. Pemberitaan Marshanda yang mengalami depresi berat dan melepas jilbab. Padahal telah lama kita saksikan di TV, rasa-rasanya jalinan rumah tangga Marshanda berjalan baik, tetapi itulah nyatanya.
Tentang Kasus Marshanda
 
Sejauh penglihatan saya, atas kasus itu, banyak pihak yang menjelek-jelekkan atau minimal menyesalkan sikap Marshanda, sebagai anak dan istri yang durhaka. Durhaka kepada Ibu kandung yang dianggap telah menguras uang hasil kerjanya selama ini, dan durhaka pada suami (Ben Kasyafani) sampai berani bercerai. Terlebih, keputusan melepas jilbab, banyak orang, terutama sesama perempuan, bahwa keputusan itu semakin meyakinkan bahwa Marshanda-lah pihak yang salah.
 
Saya tidak ingin menyalah-nyalahkan dan apalagi mencari kambing hitam. Apalah saya, yang bukan siapa-siapa. Saya hanya ingin mencoba memetik hikmah dari kasus Marshanda, yang mungkin sekali rentan dialami oleh kita di kehidupan sehari-hari.
 
Pertama, Marshanda sedang mengalami goncangan hebat, mungkin dalam bahasa agama disebut sebagai fluktuasi iman. Ia goyah. Maka dari itu, ia butuh rangkulan dan ketenangan dari orang-orang terdekat, terutama keluarga dan saudaranya, bukan malah menambah panjang kasus ini. Mendekatinya dengan penuh empati adalah yang utama.
 
Kedua, anggapan Marshanda, bahwa Ibunya selama ini memperalatnya sebagai mesin uang, ada kemungkin bisa terjadi. Tetapi, sepenuhnya saya tidak setuju. Bagaimana pun ia adalah ibu kandung yang telah sekian lama mendidiknya. Dan ini penting kepada sosok ibu siapa pun agar bisa mengalah dan lebih arif menghadapi kasus. Bersikap terbuka dan jujur adalah solusi utama.
 
Ketiga, kasus ini juga bisa berpotensi dimanfaatkan oleh oknum-oknum untuk memeras. Bukan su'uzhon melainkan, lebih kepada kewaspadaan bahwa kasus semacam ini begitu banyak kemungkinan terjadi. Keempat, Marshanda juga sejak lama mengonsumsi obat 'xanax' sebagai obat yang katanya bisa menjadi penenang, tetapi tidak baik dikonsumsi berlebihan yang berakibat mengalami gangguan.
 
Akhirnya, solusi arif yang segera diupayakan adalah dialog/musyawarah. Bisa menghadirkan penengah dengan Kiai/Ustadz sebagai mediatornya. Orang tua, dalam hal ini mesti dapat lebih dewasa dan memaklumi terhadap kasus yang menimpa anaknya. Mengalah, untuk mengedepankan maslahah. Tidak melawan secara frontal. Kita do'akan, mudah-mudahan dimudahkan, keluarganya tetap utuh, dan segala masalahnya dapat terselesaikan.

0 Response to "Tentang Kasus Marshanda"

Post a Comment