Cantik Shalihah - Saya suka sekali bincang-bincang, ngobrol,
curhat atau sejenisnya dengan para ibu. Ngobrol dengan para ibu itu
serasa ngobrol dengan ibu sendiri. Saya selalu merasa adem manakala bisa
ngobrol dengan para ibu. Apalagi kalau sudah dinasihati, serasa
diperhatikan. Saya akan semakin suka kalau bertemu dan ngobrol dengan
para ibu yang sederhana. Bagaimana ia berbicara, berbusana,
berpenampilan, dan lainnya, memberikan nuansa tersendiri sampai bisa
membuat hati ini sejuk.
Padahal, saya yakin kalau para ibu
sederhana itu bisa banget tampil dengan mewah, tampil cantik dengan
kosmetik, pokoknya tampil serba wah dan mewah. Tapi ia tetap sederhana,
bisa menahan diri, dari para ibu kebanyakan. Sungguh, saya banyak
belajar dari para ibu seperti demikian.
Begitulah, orang kalau
sudah cantik mah bagaimana pun juga tetap cantik. Nggak harus bikin
cantik buatan, pakai kosmetik yang mencolok. Orang yang sudah menarik,
bagaimana pun juga tetap akan tampak menarik, tanpa harus menarik dengan
dibuat-buat. Saya rasa, siapapun orangnya, termasuk ibu-ibu ingin bisa
tampil cantik dan menarik. Saya termasuk orang yang tidak gampang
melarang-larang.
Bagi saya, perempuan dan laki-laki, istri dan
suami, ibu dan ayah, punya hak dan kesempatan yang sama untuk
mengaktualisasikan dirinya. Bukankah kita senang jika melihat penampilan
yang rapi, menarik, dan unik? Para ibu akan senang melihat para ayah
yang berpenampilan rapi, menarik, dan unik. Begitu pun sebaliknya.
Tetap, prinsipnya jangan berlebihan.
Saya juga selalu gelisah
ketika semakin sering melihat para ibu komunitas hijabers. Betapa saya
tidak gelisah, para ibu yang menamakan dirinya hijabers itu kan
bawa-bawa nama Islam. Bawa-bawa syar'i, bawa-bawa syariat Islam,
bawa-bawa Allah, atas nama Al-Qur'an dan sunah. Ini berat, beraaat
sekali. Karenanya nyatanya, para ibu hijabers itu bagi saya hanya
sekedar ikut-ikutan.
Saya akan coba merunutnya, para ibu hijabers
selalu identik dengan pakaian yang serba panjang. Saya bukan tidak
setuju dengan pakaian yang serba tertutup itu, tapi kalau sampai
pakaiannya terinjak-injak kaki, keseret-seret, sampai menyentuh tanah,
ini namanya berlebihan. Bukan cuma itu saja, saya tahu betul bahan
pakaian para ibu hijabers itu tipis dan transparan. Ditambah balutas
kosmetik yang mencolok. Astaghfirullah. Masa begini yang dinamakan hijab
syar'i?
Para ibu yang saya sayangi, nggak ada maksud saya buat
menjelek-jelekkan, bukan saya maksud saya buat tidak setuju dengan
pemakaian hijab. Saya cuma sedang berusaha memberi masukan, kalau
berhijab nggak mesti begitu, berhijablah dengan sederhana, tanpa harus
berlebihan seperti itu. Saya hanya khawatir, jangan sampai kemuliaan
berhijab malah nggak ada maknanya. Makanya jangan gampang ikut-ikutan
coba. Hehe.
Saya sering melihat para ibu yang suka pakai hijab,
tapi di lain kesempatan hijabnya dicopot. Mending sih memang, kita
do'akan semoga berhijab sempurna. Cuma teladan berhijabnya itu yang saya
cemaskan. Kebanyakan dari mereka, para ibu awam, yang masa mudanya jauh
dari agama, saat punya kesadaran untuk lebih baik lagi, deuh malah
teladannya salah. Saya berdo'a mudah-mudahan para ibu bisa terhindar
dari kasus semacam ini.
0 Response to "Ibu Yang Sederhana"
Post a Comment