Soal Jumlah Anak

Memang, sepasang kekasih yang baru saja melangsungkan akad pernikahan, menghalalkan cintanya, impian berikutnya adalah mendapatkan keturunan, buah hati. Begitulah makanya kalau pengantin baru pasti akan dihantam banyak pertanyaan dan do'a seputar hamil, melahirkan, lalu dianugerahi buah hati. Sebagai seorang istri baru, mengandung dan melahirkan mungkin akan terasa menegangkan. Karena ini pengalaman baru dan taruhannya nyawa.
 
Dan buat kita yang menjadi keluarga, saudara, sahabat, tetangga, dan siapapun lah, tolong jangan membebani sepasang suami-istri yang baru saja menikah. Selektiflah dalam bertanya, agar tidak menyinggung dan menyakiti hatinya. Kalau tidak bisa bertanya baik, lebih baik diam. Bisa jadi, menurut kita baik, tetapi belum tentu baik bagi orang lain.
 
Dan kepada sepasang kekasih halal yang sudah menikah, tetaplah berhati-hati, jangan terburu-buru terbawa nafsu untuk mempunyai buah hati. Perhatikan kondisi kesehatan masing-masing pasangan. Termasuk persiapan mengenai biaya, mental, dan lain-lain. Semuanya dimusyawarahkan. Musyawarahnya harus saling memberi masukan dan kritikan, suami jangan mau menang sendiri. Dipikir ulang, terus dipikir ulang, pakai pikiran dan hati yang jernih.
 
Termasuk mengenai kapan istri harus punya anak. Biarlah istri yang menjawab dan memutuskannya. Tunggu waktunya yang tepat, saat istri sedang siap lahir batin. Suami tugasnya menyemangati, memberikan penguatan-pengutan dan mendo'akan. Bukan menekan, bukan memaksakan. Bagi saya, hamil dan melahirkan itu yang mengalami adalah istri. Istri lebih punya hak daripada suami. Lagi pula istri juga makhluk ciptaan Allah yang mulia.
 
Termasuk mengenai jumlah anak. Sepasang suami-istri mau punya anak berapa? Sebaiknya dimusyawarahkan bersama. Pertimbangkanlah kembali soal kondisi kesehatan istri. Pertimbangkan jarak kelahiran, agar tidak terlalu berdekatan antara anak pertama, kedua dan seterusnya. Meskipun Allah memang lebih Maha-tahu, rajinlah berkonsultasi dengan dokter ahli kandungan.
 
Saya juga kurang sependapat dengan pernyataan 'Banyak anak banyak rezeki'. Memang rezeki bukan hanya materi. Tetapi pernyataan tersebut terlalu menyederhanakan. Melahirkan anak itu berat, sakit, dan memang taruhannya nyawa. Apakah kita pernah tahu bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) itu masih tinggi di Indonesia? AKI masih tinggi di antaranya karena fisik belum siap, karena istri masih terlalu muda, atau memang ada sesuatu (misalnya penyakit) yang memang memberatkan. AKI masih tinggi karena jarak kelahiran anak terlalu dekat, anak terlalu banyak.
 
Sungguh aneh, jika ada orang yang bilang kalau umat Muslim harus banyak anak supaya nanti anaknya jadi Jundullah (tentara Allah) yang suatu saat akan bisa menumpas para non-Muslim dan orang-orang kafir. Maka dari itu, sekali lagi, berendah hatilah para suami di hadapan istri, biarkan istrimu berbicara dan berpendapat. Simak dan perhatikan baik-baik setiap keluhan dan pandangannya. Berikan tanggapan empatik penuh kasih sayang. Dengan harapan semangatnya bangkit, keyakinanannya makin menguat.
 
Hamil dan melahirkan itu anugerah dari Allah yang luar biasa. Tunaikan kodratmu sebagai istri dengan niat dan ikhtiar yang baik, bukan karena pengaruh pertanyaan-pertanyaan yang menyinggung perasaan, bukan karena gengsi, bukan karena takut disebut sebagai istri yang tidak berguna, dan lain sebagainya.
 
Anak itu amanah, titipan dari Allah yang mesti dididik dan dijaga dengan baik. Jangan hanya berpandangan sebelah mata, berbicara mengenai kuantitas, tetapi juga berkualitas. Ada memang, keluarga yang anaknya banyak, hartanya melimpah, anak-anaknya berpendidikan tinggi semua. Tetapi itu nggak bisa dipukul rata, digeneralisir. Ada hal yang lebih utama dari sekedar jumlah anak, yakni kemuliaan seorang istri. Seorang istri yang sejak lama mulutnya dibungkam oleh para suami. Hari ini sudah saatnya kita menyimak dan mengabulkan apa yang para istri bicarakan, apa yang mereka inginkan, selama apa yang mereka bicarakan dan inginkan berdampak baik.
 
Terakhir, ada kasus sejak dulu dan saya yakin masih banyak juga terjadi zaman sekarang, seorang Ibu yang mempunyai belasan anak dan ia mengasuhnya seorang diri. Mendidik anak 24 jam seorang diri tanpa bantuan berarti dari suami, apalagi pembantu rumah tangga. Heh! Sudah gila apa? Saya bukan meragukan kekuatan dan kemahabesaran Allah, tetapi mutlak saya meragukan kualitas dia sebagai orang yang menjadi suami istrinya! Suami model apaan kaya gitu! Hehe.

0 Response to "Soal Jumlah Anak"

Post a Comment