Bercanda

INSPIRASI SHALIHAH - Konon, KH. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), salah satu mantan presiden RI, rutin mengirim fatihah kepada Abu Nawas, sehingga beliau jago bercanda atau guyon. Kita pun akan dibuatnya aneh, sepanjang sejarah bangsa kita, mungkin cuma Gus Dur, presiden yang paling getol bercanda.
 
Karena itu jugalah, hidup Gus Dur selalu banyak dikerubuti banyak orang. Orang banyak yang rindu dengan candaan-candaan Gus Dur yang jenaka itu. Candaannya bukan asal bercanda, candaannya mendidik... dan cerdas. Setelah kita mendapatkan candaan segar Gus Dur, kita pun banyak berpikir, kalau ternyata candaan Gus Dur bukan candaan biasa. Ada banyak hikmah yang bisa kita gali dan renungkan dari candaan-candaan itu.
 
Dan yang unik, ternyata, teladan kita, Nabi Muhammad Saw., juga merupakan sosok yang suka bercanda. Berikut salah satu redaksi candaan Nabi Saw, seperti direkam dalam salah satu hadits ini;
Anas Ra., mengisahkan, Ummu Sulaim Ra., memiliki seorang putera yang bernama Abu ‘Umair. Rasulullah Saw., sering bercanda dengannya setiap kali beliau datang. Pada suatu hari beliau Saw., datang mengunjunginya untuk bercanda, namun tampaknya anak itu sedang sedih. Mereka berkata: “Wahai, Rasulullah! Burung yang biasa diajaknya bermain sudah mati,” lantas Rasulullah Saw., bercanda dengannya, beliau berkata: “Wahai Abu ‘Umair, apakah gerangan yang sedang dikerjakan oleh burung kecil itu?”
 
Atau kita juga sering mendengar atau membaca kisah seorang nenek yang tak akan masuk surga, karena kata Nabi, di surga tak ada nenek-nenek sepertinya. Penduduk surga akan tampak selalu muda dan segar.
 
Karena Gus Dur jugalah, saya ingin meneladani kelakuan Gus Dur. Saat Gus Dur rutin kirim fatihah ke Abu Nawas, saya kirim fatihah ke Gus Dur. Karena bagi saya bercanda itu penting. Bercanda akan membuat kita kreatif dan selalu tampak ceria. Bercanda itu menyegarkan dan menyenangkan. Bisa membuat orang tersenyum dan tertawa.
 
Meskipun memang terkadang, tak jarang ada orang yang suka bercanda kelewatan, sampai kemudian menyakiti orang lain. Nah, di sinilah pentingnya memerhatikan dan menjaga kualitas candaan kita kepada orang lain; kepada keluarga, teman, dan siapapun.
 
Bercanda juga salah satu cara memecah kebuntuan. Otot-otot yang tegang, pikiran yang penat, hati yang gelap, dan keadaan jiwa suram lainnya dapat diterangi dengan candaan yang segar dan mencerdaskan. Dengan bercanda, juga membangun keakraban, melenturkan ketegangan, dan memancing kreativitas.
 
Termasuk di dalam bulan ramadhan ini. Seharian menahan lapas, haus, dan segala godaan yang membatalkan. Badan mudah lemas, mengantuk, dan malas mengerjakan apa-apa, barang kali kondisi yang sering dirasakan oleh orang yang sedang berpuasa. Nah, dengan bercanda itulah, suasana menjadi cair, yang mengantuk jadi segar, yang malas jadi semangat, dan waktu pun berjalan tak terasa hingga waktu berbuka. Hehe.

0 Response to "Bercanda"

Post a Comment