Kedudukan Perempuan dan Laki-laki Saat Ramadhan; Sama

INSPIRASI SHALIHAH - Ramadhan adalah anugerah dari Allah untuk semua makhluk, baik perempuan maupun laki-laki. Pintu berkah ramadhan terbuka lebar untuk siapapun. Tabur pahala dan ampunan berlaku untuk perempuan dan laki-laki. Termasuk saat perempuan berhalangan karena kedatangan tamu bulanan, haid, kesempatan meraih berkah ramadhan sama sekali tidak berkurang.
 
Dalam kesempatan bulan ramadhan ini, saya ingin tegaskan bahwa perempuan dan laki-laki punya kedudukan yang sama. Sama-sama mulia, sama-sama istimewa. Tidak selamanya laki-laki lebih utama dari perempuan, begitu pun sebaliknya. Kenapa? Karena perempuan dan laki-laki diciptakan dari jenis/bahan yang sama.
 
Mari kita renungkan salah satu ayat dalam QS. An-Nisa [4]: 1, “Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhan-mu yang telah menciptakan kamu dari seorang diri, dan dari padanya Allah menciptakan isterinya; dan dari pada keduanya Allah memperkembang biakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan bertakwalah kepada Allah yang dengan (mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan silaturrahim. Sesungguhnya Allah selalu menjaga dan mengawasi kamu.”
 
Sehingga dengan begitu, kita, perempuan dan laki-laki tidak diperbolehkan saling merasa paling unggul dan apalagi saling merendahkan. Sebab sejatinya, perempuan dan laki-laki saling membutuhkan. Masing-masing di antara kita melekat kelebihan dan kekurangan. Alangkah indahnya jika focus kita adalah saling mengapresiasi jika ada prestasi, saling menasehati jika ada distorsi.
 
Makanya dalam konteks yang lebih luas, dalam kehidupan sosial masyarakat, perempuan dan laki-laki punya hak yang sama, terutama misalkan untuk berpendidikan. Contoh sederhana, jika selama ini yang berpendidikan tinggi (sampai S3) adalah laki-laki, maka sebetulnya perempuan juga punya kesempatan yang sama.
 
Termasuk kesempatan untuk memilih pekerjaan. Tidak ada pengkotak-kotakan, misalnya perempuan hanya boleh bekerja di bidang itu, tidak boleh bekerja di bidang itu. Sementara laki-laki boleh bekerja di bidang apapun. Karena bekerja itu bukan untuk jadi ajang saingan antara laki-laki dan perempuan, tetapi justru sebagai wujud rasa syukur kepada Allah, telah diberikan anugerah akal pikiran dan raga yang sehat.
 
Nah, bagaimana kalau perempuan dan laki-laki sudah menikah, dan bersuami istri? Ya tetap, istri dan suami sama-sama mulia. Saat istri mesti taat pada suami, maka di saat yang sama suami juga mesti taat pada istri. Prinsipnya taat dalam kebaikan. Lalu bagaimana dengan mengurus rumah tangga dan anak? Sama, urusan rumah tangga dan mendidik anak, menjadi tugas dan tanggung jawab keduanya; istri dan suami.
 
Akhirnya saya berharap, mumpung masih dalam suasana ramadhan, inilah moment tepat untuk saling mengoreksi diri, apakah selama ini kita sudah saling memuliakan; perempuan kepada laki-laki, atau laki-laki kepada perempuan. Image-image yang sering dilekatkan kepada perempuan; cerewet, bawel, cengeng, dan lain sejenisnya bukan bawaan lahir perempuan. Cerewet, bawel, cengeng, dan lain sejenisnya juga berpotensi melekat pada laki-laki.

0 Response to "Kedudukan Perempuan dan Laki-laki Saat Ramadhan; Sama"

Post a Comment