Menjaga Lidah

INSPIRASI SHALIHAH - Saat Ramadhan, pintu surga terbuka lebar dan pintu neraka tertutup rapat. Bala tentara syetan pun dibelenggu dan dirantai-Nya. Pahala atas kebaikan pun berlimpaih ruah, sebagaimana ampunan Allah menjadi bukti bahwa Allah Maha Pemurah.
 
Maha Pemurahnya Allah dapat kita maknai, bahwa selama ramadhan kita dituntun untuk dapat memanfaatkannya dengan sebaik mungkin. Segala gerak-gerik kita selama ramadhan harus betul-betul terarah pada jalan kebaikan. Saat mata melihat, kita mesti melihat segala hal yang bernuansa kebaikan. Begitu pun tangan, kaki, dan anggota tubuh lainnya, termasuk lidah (mulut).
 
Ya, berbicara sudah menjadi fitrah dan kebutuhan manusia. Melalui mulut dan lidah, kita, manusia bisa menjalin komunikasi dengan sesama manusia lainnya. Tetapi tentunya, pembicaraan yang kita lakukan adalah pembicaraan yang mengandung akhlakul karimah, pembicaraan yang tidak menyakiti hati orang lain.
 
Oleh karena itu, Rasulullah Saw., bersabda, “Barangsiapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir maka katakanlah perkataan yang baik atau jika tidak maka diamlah.” (Muttafaqun ‘alaihi). Hadits ini memberikan peringatan kepada kita, agar tidak berlebihan dalam berbicara. Berbicara seperlunya. Mengindari bicara yang sebenarnya tidak diperlukan.
 
Dalam hadits lain Rasulullah Saw., bersabda, "Setiap ucapan bani Adam membahayakan dirinya, kecuali kata-kata berupa amar ma'ruf dan nahi munkar, serta berdzikir kepada Allah azza wa jalla.'' (HR. Turmuzi). Dengan demikian, saat kita melontarkan pembicaraan buruk, pada hakikatnya perkataan tersebut tertuju kepada kita, si pembicara. Semakin buruknya perkataan/pembicaraan yang kita ucapkan, itulah wujud nyata akhlak kita, sebagai manusia yang buruk akhlaknya.
 
Dalam kesempatan berbeda, Rasulullah Saw., bersabda, “Di bawah kolong langit ini, di atas bumi yang hijau ini, tidak ada lidah yang lebih jujur daripada lidah Abu Dzar.”
 
Abu Dzar juga pernah ditegur Rasulullah Saw., karena 'keceplosan' dalam berkata. Pada suatu ketika, Abu Dzar terlihat ribut dengan sahabat Amar bin Yasir. Amar sendiri adalah orang yang berkulit hitam karena ada garis keturunan dari ibunya yang berkulit hitam.
 
Ketika cek-cok, Abu Dzar berkata kepada Amar, “Hai, anak perempuan berkulit hitam!” Rasulullah Saw., mendengarnya, langsung menegur Abu Dzar, “Celakalah kamu, Abu Dzar! Tidak ada kelebihan orang berkulit putih di atas orang berkulit hitam; (tidak ada kelebihan) orang Arab di atas orang ‘Ajam.”
 
Mendengar ucapan Rasulullah Saw., tersebut, Abu Dzar tersungkur, langsung merebahkan tubuhnya. Ia meletakkan pipinya di atas tanah lalu memerintahkan Amar untuk menginjak kepalanya sebagai tebusan ucapannya tadi.
 
Karena itulah, berkata baik, santun, dan lembut sungguh tak ada ruginya. Mari menjaga lidah kita masing-masing, terutama saat ramadhan seperti ini. Nikmat mulut dan lidah sudah seharusnya kita syukuri dan digunakan untuk melantunkan ayat-ayat kebaikan yang sesuai dengan al-Qur'an dan hadits.
 
Sebab sebaliknya, perilaku menghina, melaknat, mengejek dan seterusnya adalah justru mencerminkan pribadi dirinya sendiri, pribadinya yang masih buruk seburuk hinaan, laknatan, dan ejekannya itu. Na'uzubillah.

0 Response to "Menjaga Lidah"

Post a Comment