Ibu, Ketika Ramadhan

INSPIRASI SHALIHAH - Ramadhan memang menawan. Ia dielukan banyak orang. Begitulah karena ramadhan menyimpan banyak keistimewaan. Saat kita melakukan satu kebaikan, pahalanya berlipat ketimbang saat kita melakukan kebaikan di hari-hari biasa. Karena itulah, banyak orang yang sengaja menyibukkan diri demi meraup banyak kebaikan di bulan ramadhan.
 
Adalah ibu, sesosok manusia yang sangat mulia keberadaannya. Kita bisa renungkan, sejak kita dalam kandungan, lalu lahir ke dunia, sampai saat sekarang tumbuh-kembang, berapa banyak pengorbanan dan jasa ibu untuk mendidik dan mengasuh kita, anaknya. Ia rela hidup menderita, nyawa pun ia jadikan 'taruhan' asalkan kita, anaknya, hidup dalam kebaikan dan kenyamanan. Siang dan malam, panas dan dingin, tak ia rasa, yang penting anaknya bisa merasakan kenyamanan tak ada gangguan.
 
Termasuk ketika ramadhan, ibulah sosok manusia mulia yang rela menanggung beban berat demi keluarganya. Demi keluarganya nikmat bersantap sahur, ibu rela bangun tidur lebih awal ketimbang lainnya, mempersiapkan segala macam menu. Bahkan seringnya, ia sengaja bangun di tengah malam, untuk terlebih dahulu bermunajat kepada Allah, menangis dan mengadu kepada-Nya demi keutuhan rumah tangganya. Siang harinya, ibu tetap bekerja. Sore menjelang berbuka, ia harus segera menyiapkan menu makanan untuk berbuka.
 
Aktivitasnya selama ramadhan bukan cuma itu, ibu juga tak mau ketinggalan untuk meraup keistimewaan dan pahala ramadhan. Biarpun aktivitas rumah tangga; mencuci pakaian, mencuci piring, mengepel, menyapu, dan lain-lain begitu banyak dan berat, ia tetap istiqomah bertadarus al-Qur'an. Ibu kita tetap ingin mendapatkan kemuliaan al-Qur'an. Selain betadarus ia juga rutin berzikir, sebagai salah satu ikhtiar mengingat Allah.
 
Hebatnya, betapapun aktivitasnya menjadi lebih banyak dan berat daripada hari-hari biasa, ia tetap menjalaninya penuh semangat dan keceriaan. Ia tak pernah mengeluh, apalagi menampakkan kelelahannya di depan sanak keluarga. Sebab keyakinannya cuma satu, ia ikhlas menjalani segala aktivitas berat itu karena Allah untuk kebahagiaan keluarganya.
 
Sedangkan kita anak-anaknya, padahal tahu betapa aktivitas ibu begitu berat, kita malah sering kali menyepelekan. Bahkan sering kali membantah perintahnya, membentaknya, dan malah menganggap ibu kita kampungan yang tidak gaul mengikuti zaman. Kerjaan kita anak-anaknya cuma menyusahkan, mengelabui, dan bahkan sering membohonginya. Tapi apa respon ibu? Apakah ia marah? Tidak! Ibu kita senantiasa sabar dan ikhlas, betatpun hatinya sering disakiti, do'a dan kasih sayangnya untuk kita tak pernah putus.
 
Teman-teman, harusnya kita bersyukur, ibu kita masih hidup, bisa bertemu dengannya kapan saja. Sebab di saat yang sama, ada banyak teman-teman kita di luar sana yang begitu merindukan sekedar senyum dan tawanya, tetapi ibunya sulit ditemukan karena sudah wafat meninggalkan. Ramadhan inilah, saat tepat untuk kita, anak-anaknya, memohon ampun atas kenakan dan kebodohan kita selama ini.
 
Mari kita do'akan, semoga ibu kita senantisa diberikan kesehatan dan kebahagiaan oleh Allah. Sebab ibu tak pernah mengharap sedikit pun balasan dari kita, anak-anaknya. Melihat anak-anaknya tersenyum bahagia saja, ibu kita sudah bersyukur bahagia. Makanya, di moment yang baik ini, di bulan suci ramadhan ini, bagi teman-teman yang masih menyepelekan kedudukan ibu, saya mohon untuk segera memohon maaf kepadanya. Segera mohon maaf dan berterimakasihlah kepadanya. Mohon!

0 Response to "Ibu, Ketika Ramadhan"

Post a Comment